Bank Dunia memprediksi angka inflasi pada tahun ini akan membumbung hingga menyentuh level 4,3%. Naiknya tarif listrik dan juga peningkatan tarif pajak kendaraan bermotor menjadi salah satu faktor pendorong laju inflasi pada tahun ini.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, laju inflasi pada tahun 2016 lalu hanya bertengger di angka 3,02%. Country Director for Indonesia World Bank Rodrigo Chaves mengatakan pada tahun 2018 laju inflasi akan menurun seiring dengan hilangnya efek kenaikan harga.
?Pihak otoritas masih waspadai beberapa risiko agar bisa menjangkau setiap peluang secara hati-hati. Peluang juga datang dari perekonomian global,? katanya di Jakarta, Rabu (22/3/2017).
Di sisi lain, defisit fiskal juga diproyeksikan meningkat. Hal itu merupakan imbas dari meningkatnya investasi infrastruktur publik. Keseimbangan fiskal pemerintah pusat diproyeksikan akan berada di titik keseimbangan 2,6% dari PDB tahun ini, lebih besar dari defisit APBN yang hanya mencapai 2,4%.
World Bank juga memproyeksikan angka belanja publik yang bakal lebih tinggi dari tahun lalu. Adanya upaya untuk untuk meningkatkan investasi infrastruktur publik menjadi salah satu alasannya. Oleh karena itu, dengan tumbuhnya penerimaan diharapkan dapat mengimbangi peningkatan belanja publik.
Peningkatan laju inflasi yang berkepanjangan akibat kenaikan harga, umumnya dapat menimbulkan risiko penurunan yang besar bagi pertumbuhan konsumsi. Pasalnya, terlepas dari gejolak nilai tukar, konsumen pada umumnya sensitif terhadap kenaikan harga, terutama harga makanan dan konsumsi rumah tangga merupakan bagian dominan perekonomian Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Dewi Ispurwanti