Asosiasi Industri Farmasi Internasional (IPMG) memperkirakan penjualan produk farmasi Indonesia akan tumbuh pada 2017 mengingat bertambahnya kepesertaan program Jaminan Kesehatan Nasional.
"Semakin luasnya jangkauan JKN kepada masyarakat, berarti semakin banyak masyarakat di Indonesia yang kini memiliki akses pada pelayanan kesehatan. Hal ini juga berkontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi obat dan perkembangan industri farmasi secara keseluruhan," kata Wakil Ketua Umum IPMG Evie Yulin di Jakarta, Rabu (22/3/2017).
Dia menganggap jumlah peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang sebesar 175 juta atau 66 persen dari total penduduk Indonesia per Maret 2017 akan mendorong pertumbuhan penjualan produk.
Evie yang juga merupakan Direktur perusahaan farmasi PT Merck Tbk mengkritik pelaksanaan program JKN yang terdapat beragam masalah seperti defisit finansial BPJS Kesehatan, kurangnya koordinasi dari para pemangku kepentingan.
IPMG yang merupakan asosiasi dari 25 perusahaan farmasi swasta menilai kebijakan dan implementasi yang tidak harmonis menggangu akses bagi pasien terhadap obat-obatan yang disebutnya berkualitas.
Meski melihat potensi pertumbuhan penjualan produk farmasi seiring meningkatnya kepesertaan program JKN, Evie mengeluhkan persyaratan proses pengadaan produk obat agar bisa digunakan oleh pasien BPJS Kesehatan yang menurutnya sulit.
Dia mengaku salah satu persyaratan yang dinilainya menyulitkan agar diterimanya produk obat bisa digunakan pasien BPJS ialah produk dengan harga terendah.
Industri farmasi yang memiliki harga obat tinggi sulit berkompetisi agar bisa memenangkan tender pengadaan barang di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) untuk keperluan program JKN.
Evie mengatakan industri farmasi mengharapkan agar ada implementasi multi pemenang proses pengadaan obat, dan kriteria pemenang tender yang lebih dari sekadar harga yang paling murah.
"Rekomendasi lainnya agar harga bukan menjadi satu-satunya kriteria supaya bisa masuk e-katalog (dalam proses pengadaan), tapi juga ada beberapa faktor lain yang harus dipertimbangkan," kata Evie.
Sementara pihak industri farmasi melihat potensi meningkatnya penjualan produk obat pada 2017, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sedang berupaya mengurangi jumlah penduduk dengan penderita penyakit di Indonesia tahun ini.
Pemerintah melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang sifatnya lebih preventif atau pencegahan agar masyarakat Indonesia tidak sakit dan tidak perlu berobat ke fasilitas kesehatan.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan pencegahan terjadinya penyakit untuk menekan kerugian yang dikeluarkan oleh seseorang ketika sakit di luar biaya pengobatan seperti transportasi, makan, dan kerugian waktu yang sebenarnya bisa digunakan untuk bekerja. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Tag Terkait: