Investor semaksimal mungkin mengeksploitasi peluang untuk menjual Euro pada level tertinggi sejak November 2016. EURUSD kini terancam kembali melemah di bawah 1.09 setelah sedikit menguat di atas 1.10 saat pasar dibuka pekan ini karena kemenangan Macron menjadi Presiden Prancis terbaru.
"Relief rally Euro tampaknya berlangsung singkat, sehingga saya berani mengatakan bahwa Euro sangat oversold pada level ini dan hal ini tidak terkait dengan kemenangan Eropa terhadap populisme," ujar VP of Market Research FXTM Jameel Ahmad dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (10/5/2017).
Menurutnya, Walaupun berita politik masih lebih berpengaruh dibandingkan berita ekonomi dalam tema pasar global 2017, sentimen ekonomi terhadap Eropa membaik karena data yang membaik signifikan.
Setelah pemilu presiden Prancis terlewati, investor perlu memperhatikan bahwa rapat OPEC berikutnya dijadwalkan untuk digelar di Wina pada 25 Mei ini. Trader harus bersiap menghadapi perubahan volatilitas di dua arah untuk harga minyak, karena pasar berspekulasi tentang hasil rapat ini.
"Saya memprediksi negara-negara produsen akan terbuka membicarakan prospek perpanjangan kesepakatan pemangkasan level produksi saat ini yang dimulai pada 2016, tapi ini tidak berpengaruh pada faktor yang mendasari tantangan yang harus diatasi OPEC yaitu produksi minyak serpih AS," jelas Jameel.
Dia menambahkan, ada korelasi yang jelas bahwa persediaan dari produksi minyak serpih AS semakin meningkat beberapa bulan terakhir, dan ini jelas akan sangat membebani pikiran seluruh menteri perminyakan OPEC maupun non-OPEC dalam rapat mendatang.
Seperti biasa, investor harus bersiap menghadapi segala hal yang di luar dugaan berkaitan dengan rapat OPEC. Sejarah mengatakan bahwa rapat OPEC tak jarang memberi kejutan tak terduga. Karena itu, ada setidaknya dua kemungkinan skenario risiko yang perlu diperhatikan investor menjelang rapat 25 Mei ini.
Skenario risiko pertama, walaupun OPEC saat ini berkomitmen mengurangi produksi, kesepakatan ini akan berakhir bulan depan. Pasar meyakini bahwa kesepakatan ini perlu diperpanjang, sehingga ada risiko bahwa pasar akan terkejut apabila OPEC memutuskan untuk menundanya, untuk mencegah semakin besarnya produksi minyak serpih AS.
"Apabila OPEC dan non-OPEC sepakat untuk meningkatkan produksi pada tengah tahun kedua 2017, perang volume dapat terjadi dan berpotensi memberi motivasi besar kepada para penjual untuk melanjutkan momentum jual besar-besaran. Jika demikian, harga minyak dapat kembali ke rekor level terendah," ungkapnya.
Skenario risiko kedua yang perlu diwaspadai investor adalah kesepakatan untuk bukan hanya memperpanjang durasi kesepakatan saat ini, tapi juga mengurangi produksi lebih rendah lagi.
Walaupun ini mungkin dianggap sebagai kemenangan minyak serpih terhadap OPEC dalam perang produksi dan semakin memperlemah kredibilitas para produsen minyak yang beberapa tahun lalu masih sepenuhnya menguasai produksi minyak global, tapi harga minyak mungkin memantul lebih tinggi.
"Intinya, apakah OPEC dan anggota Non-OPEC bersedia untuk kehilangan muka dengan menyatakan kalah terhadap minyak serpih demi mendapatkan peningkatan pendapatan, atau mereka ingin memperpanjang keikutsertaan dalam perang produksi dengan minyak serpih yang sedang berlangsung saat ini?" tutup Jameel.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Hafit Yudi Suprobo