Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Demonstran Anti Pemerintah di Venezuela Peringati 50 Hari Aksi Protes

        Demonstran Anti Pemerintah di Venezuela Peringati 50 Hari Aksi Protes Kredit Foto: Antara/Reuters/Carlos Garcia Rawlins
        Warta Ekonomi, Venezuela -

        Ratusan ribu warga Venezuela turun ke jalan pada Sabtu (20/5/2017) untuk memperingati 50 hari aksi protes terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro yang tidak populer, dengan momentum kerusuhan yang semakin meningkat meskipun terjadi peningkatan jumlah korban tewas dan peristiwa perampasan saat malam hari.?

        Sedikitnya 46 orang tewas dalam gejolak terburuk yang dihadapkan oleh Maduro sejak dia meraih kursi kepresidenan pada 2013. Di Venezuela mulai dari warga sipil hingga petugas kepolisian telah menjadi korban tewas, yang kadang disebabkan meningkatnya aksi perampasan atau perkelahian di jalanan.

        Banyak warga Venezuela yang marah terhadap pemerintahan Maduro, menyalahkan pemerintah soal inflasi yang melonjak, kekurangan makanan dan obat-obatan, serta tindakan keras terhadap hak asasi manusia. Mereka menuntut pemilihan diselenggarakan, pembebasan untuk para pegiat yang dipenjara, bantuan asing, dan otonomi untuk badan legislatif yang dipimpin oleh oposisi.

        Gerakan aksi oposisi utama terjadi di negara kaya minyak berpenduduk 30 juta orang itu pada Sabtu, dengan para pemrotes di Karakas menghiasi plakat yang bertuliskan "tolak diktator di Venezuela" sementara di kota perbatasan San Kristobal, para pemuda bertopeng melempar batu, dan seorang saksi Reuters melihat dua orang pemrotes yang memakai parang.

        Wilayah Andes dekat perbatasan Kolombia mengalami kekacauan selama seminggu termasuk diikuti aksi penjarahan, mendorong pemerintah mengirim 2.000 orang pasukan.

        "Kami tidak menginginkan lebih banyak korban tewas. Kami menginginkan kenaikan upah yang berarti, dan obat-obatan. Pemerintah lebih banyak berinvestasi dalam peluru dan senjata daripada makanan dan pendidikan untuk negara ini," kata Maria Diaz, seorang pengacara berusia 33 tahun yang tengah berdiri di tengah hujan deras di depan pasukan keamanan dengan sekitar 8.000 pemrotes lainnya di San Kristobal.

        Demonstran oposisi mengatakan bahwa pemerintah sedang berusaha mempertahankan cengkeraman kekuasaan meski tengah mengalami krisis ekonomi. Lebih dari 2.600 pemrotes telah ditangkap di seluruh negara itu, lebih dari sepertiga di antaranya tetap ditahan, menurut sebuah kelompok hak asasi setempat.

        Pemerintah mengatakan bahwa para pemrotes mencoba untuk memicu sebuah kudeta di bawah retorika pro-demokrasi, mengadakan demonstrasi di Karakas, dengan ribuan pendukung berpakaian merah bernyanyi dan melakukan tarian. Pejabat sering muncul di televisi negara dengan menunjukan foto yang memuat gambar beberapa toko dirusak dan jalan yang diblokir, lalu mereka menyalahkan pihak oposisi terkait kericuhan tersebut.

        Dalam beberapa pekan terakhir, para pemrotes telah melempar segalanya mulai dari kotoran hingga bom bensin kepada aparat keamanan, yang telah menggunakan peluru gas air mata dan peluru karet untuk menghadang barisan aksi. Anggota parlemen oposisi telah ikut bergabung dengan para pemrotes, dan sering juga mereka ikut terkena gas air mata.

        Dua kali calon presiden dan pemimpin oposisi de facto, Henrique Capriles, memimpin aksi Karakas.

        "Lima puluh hari dan mereka membunuh hampir 50 orang, walau begitu semuanya, pada hari ke 50, di tengah represi yang semakin banyak, kita masih lakukan perlawanan dan lebih berjuang untuk Venezuela," kata Capriles, yang dikelilingi oleh pendukung.

        Dia baru-baru ini dilarang untuk memegang jabatan publik selama 15 tahun dan mengatakan pada minggu ini bahwa paspornya telah disita sebelum dia melakukan penerbangan ke New York, di mana ia berencana untuk mengunjungi PBB dan melaporkan pelanggaran hak asasi manusia.

        Pada Kamis, Amerika Serikat memberlakukan sanksi terhadap hakim ketua dan tujuh anggota Mahkamah Agung Venezuela lainnya, Presiden Donald Trump menggambarkan kondisi di Venezuela sebagai "aib bagi kemanusiaan". Maduro menanggapi pernyataan tersebut dengan mengatakan kepada Trump untuk berhenti ikut campur urusan Venezuela. (HYS/Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Hafit Yudi Suprobo

        Bagikan Artikel: