?Pasukan pemerintah telah mendapatkan kembali kendali penuh atas kota Marawi, bentrokan dengan kelompok Maute yang terkait dengan Islamic State atau ISIS akan segera berakhir,? kata juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina pada hari Senin (29/7/2017), menurut pernyataan Kantor Berita Anadolu atau Anadolu Agency (AA).
"Pasukan kita berada dalam kendali penuh atas kota, kecuali daerah-daerah tertentu yang terus mereka tempati. Ini adalah masalah operasi pembersihan yang terus dilakukan," kata Brigadir Jenderal Restituto Padilla Jr, seperti dikutip oleh GMA News.
"Kami berada dalam kendali penuh, artinya bahwa kita dapat mengendalikan siapa yang datang dan siapa yang keluar, yang bergerak dan siapa yang tidak. Dan kita mencoba untuk mengisolasi semua kantong perlawanan yang tersisa ini," Padilla Menambahkan, sebagaimana dikutip dari laman Channel NewsAsia, di Jakarta, Selasa (30/5/2017).
Juru bicara tersebut mengatakan militer berusaha untuk "mengakhiri ini sesegera mungkin" walaupun mereka belum 100 persen tentang hal tersebut.
"Komandan kami di lapangan telah memastikan bahwa sebentar lagi akan berakhir. Jadi, kami berharap mendapatkan hasil yang jelas," katanya.
Dalam sebuah wawancara dengan Radio DZMM pada hari Senin (27/5/2017), juru bicara militer lainnya Kolonel Edgar Arevalo mengatakan setelah tujuh hari pertempuran, korban termasuk 61 gerilyawan Maute, 20 tentara pemerintah dan 19 warga sipil.
Arevalo menekankan bahwa memulihkan korban bukan prioritas pemerintah karena militer berfokus pada penyelamatan warga sipil dan mengatasi ancaman teror.
Sementara itu, kota Iligan, sekitar 38 kilometer dari Marawi, tepatnya pada hari Senin (27/5/2017) dilaporkan bahwa pemberontak Maute ada yang menyamar sebagai warga sipil dan telah bergabung dengan pengungsi di daerah tersebut.
Kolonel Alex Aduca, kepala Batalyon Infanteri Mekanik ke-4 Angkatan Darat, mengatakan dalam sebuah wawancara telepon dengan Radio DZMM bahwa pengungsi tersebut akan ditolak masuk ke Iligan dan akan dikirim ke "area konsolidasi dan pemeriksaan" di kota Matungao dan Tagoloan, di mana mereka akan diberi perlakuan khusus.
Presiden Rodrigo Duterte menempatkan seluruh pulau selatan Mindanao dengan status darurat militer pada tanggal (23/5/2017), menyusul bentrokan antara pasukan pemerintah dan kelompok Maute yang terkait dengan ISIS di kota Marawi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait: