"Omzet kami turun sampai 90 persen! Itu sejak pembukaan tol Cikopo-Palimanan pada 2015 lalu. Warung-warung, toko oleh-oleh, sampai jasa biro perjalanan di sini tutup semua," ujar pria pemilik warung soto itu.
Efendi Andi (45), sang pemilik warung soto dan mi goreng itu, mengatakan warungnya yang terletak di Jalan Raya Bypass Jomin Karawang menjadi saksi bisu geliat ekonomi selepas pintu keluar Gerbang Tol Cikampek.
Sebelum ada Cipali (Tol Cikopo-Palimanan), ia mempunyai sekitar 10 pelanggan yang selalu mampir setiap kali libur Lebaran. Sekarang ini, tidak satu pun dari mereka yang kembali ke warungnya.
Pria asal Kalimantan Barat yang tinggal di Karawang lebih dari 10 tahun itu, mengaku tidak dapat mengandalkan pelanggan dari pengguna sepeda motor serta sopir-sopir truk yang masih setia menggunakan jalur arteri utara Jawa Barat menuju Jakarta ataupun Jawa Tengah.
Namun, Efendi masih bersyukur karena pendapatannya dari para pembeli mi dan nasi goreng mampu menghidupi istri dan empat anaknya. Para pembeli itu berasal dari sekitar Karawang, Subang, hingga Cikopo Purwakarta.
Pedagang asongan, seperti pedagang kerupuk, rokok, dan kacang keliling yang naik-turun bus umum sebagai orang-orang yang paling keras menjerit soal penurunan pendapatan mereka.
Efendi mengaku dapat meraup keuntungan hingga sekitar Rp20 juta pada musim libur Lebaran sebelum pembukaan tol Cipali atau sebelum 2015.
Namun pada libur Lebaran 2017, Efendi mengklaim modal usahanya sekitar Rp10 juta menjelang Ramadhan belum kembali hingga Lebaran usai.
"Saya tidak bisa berharap kepada pemerintah karena toh tol Cipali sudah dibuka. Tidak mungkin pemerintah akan menutupnya. Saya hanya pasrah kepada Tuhan karena percuma terus mengeluh," kata Efendi yang mengaku akan terus bertahan dengan berjualan mi dan nasi goreng.
Suara seirama juga disampaikan pemilik kios oleh-oleh tradisional di tepi Jalan Raya Jatisari Karawang Nur Kholisin (33).
Nur mengaku pendapatannya menurun sekitar 40-70 persen sejak pembukaan tol Cipali.
"Tapi, pendapatan warung saya sedikit meningkat pada libur Lebaran 2017 ini karena deretan kios oleh-oleh di Cikalong telah digusur sehingga orang banyak mampir di sini," kata pria asal Subang itu.
Nur meraup omzet sekitar Rp10 juta ketika arus mudik Lebaran 2017 dimulai hingga arus balik pada Minggu (2/7) atau H+6.
"Pada hari biasa, omzet 'gak' sampai Rp5 juta untuk hampir satu bulan," kata pria yang menjajakan tapai singkong, ubi cilembu, kerupuk pasir, dan dodol itu.
Selama arus mudik dan balik Lebaran 2017, Nur mengklaim kiosnya disinggahi antara lima hingga 10 pemudik berkendaraan roda empat setiap hari yang akan membeli buah tangan khas wilayah pantai utara Jawa Barat itu.
"Dulu sebelum ada tol Cipali, mobil yang mampir di sini bisa sampai lebih dari 30 mobil setiap hari," kata Nur yang juga menyediakan toilet bagi para pengunjung kiosnya. (ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: