Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BPS: Inflasi Makassar Terendah di Sulsel

        BPS: Inflasi Makassar Terendah di Sulsel Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
        Warta Ekonomi, Makassar -
        Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Nursam Salam, mengungkapkan inflasi Makassar pada Juni 2017 tercatat paling rendah dari lima kota yang menjadi sasaran survei Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sulsel. Tercatat laju inflasi Makassar sebesar 0,84 persen atau di bawah angka Sulsel yang mencapai 0,97 persen. Kendati demikian, inflasi Makassar masih di atas angka nasional sebesar 0,69 persen.
        "Laju inflasi Makassar paling rendah di Sulsel. Capaian itu sangat baik, apalagi terjadi rentang bulan Ramadan, dimana Makassar merupakan pusat transaksi di Sulsel. Tentunya hasil itu berkat kinerja pemerintahan setempat dalam pengendalian harga sejumlah komoditas," kata Nursam, di Makassar, Senin, (3/7/2017).
        Berdasarkan data BPS, dari lima kota IHK di Sulsel, seluruhnya mengalami inflasi. Laju inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Bone sebesar 1,83 persen. Disusul Kota Palopo (1,39 persen), Kota Parepare (1,33 persen) dan Kabupaten Bulukumba (1,23 persen). "Hanya Makassar yang laju inflasinya berada di bawah 1 persen, tepatnya 0,84 persen," tutur dia.
        Bila dilihat secara regional, Nursam menyebut inflasi Makassar tercatat kedua terendah dari 11 kota IHK di Sulawesi. Torehan Makassar hanya kalah dari Kota Palu yang mencatatkan inflasi sebesar 0,76 persen. Adapun Kabupaten Bone masuk tiga besar daerah dengan laju inflasi tertinggi di Sulawesi.?
        Secara nasional, dari 79 kota IHK, BPS melansir hanya tiga daerah yang mampu mencatatkan deflasi. Tantangan menorehkan deflasi memang sangat tinggi pada Juni lantaran bertepatan dengan bulan suci Ramadan. Bahkan, puncak perayaaan Idul Fitri alias Lebaran terjadi pada waktu tersebut.
        "Hanya tiga kota yang alami deflasi di Indonesia yakni Singaraja (-0,64 persen), Pematang Siantar (-0,07 persen) dan Denpasar (-0,01 persen). Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Tual yang mencapai 4,48 persen," papar Nursam.
        Nursam menyebut inflasi Sulsel dipengaruhi naiknya harga pada sejumlah kelompok pengeluaran. Enam dari tujuh kelompok pengeluaran di Sulsel bahkan mencatat inflasi. Tertinggi dialami kelompok bahan makanan menembus 2,10 persen. Disusul kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (1,08 persen), kelompok sandang (1,07 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,56 persen), kelompok kesehatan (0,24 persen) dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (0,10 persen).
        "Satu-satunya kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yakni kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar -0,02 persen," ucap Nursam.?
        Bila ditelisik mendalam, Nursam menjelaskan kenaikan tarif listrik dan ikan bandeng paling berkontribusi terhadap pembentukan inflasi pada Juni. Tarif listrik menyumbang inflasi sebesar 0,2330 persen dan ikan bandeng (0,1907 persen). Sedangkan untuk komoditas penyumbang deflasi yakni cabai rawit (-0,1282 persen), bawang putih (-0,0609 persen) dan kangkung (-0,0239 persen).?

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tri Yari Kurniawan
        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: