Pengembangan energi baru terbarukan (EBT) Indonesia tertinggal oleh negara-negara G20 yang tengah melakukan transisi menuju ekonomi rendah karbon dalam upaya mencapai target Paris Agreement.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa, pada peluncuran laporan Brown to Green Report 2017 yang merupakan laporan tahunan ke-3 berupa evaluasi upaya-upaya negara G20 dalam mengatasi perubahan iklim.
"Bagi Indonesia, laporan ini penting untuk menilai pencapaian kita dibandingkan dengan negara ekonomi berkembang lainnya," kata Fabby di Jakarta, Selasa (4/7/2017).
Hal positif yang dicapai Indonesia, menurut dia, adalah penurunan subsidi BBM dalam angka yang cukup besar dari 28 miliar dolar AS berkurang menjadi 6 miliar dolar AS, bahkan di 2017 hanya mencapai hingga Rp30 triliun.
"Ini indikasi bahwa kita sedang berusaha mengatasi persoalan pengunaan energi fosil yang sangat besar selama ini. Perlu strategi, rencana dan kebijakan yang lebih progresif untuk menuju transisi sistem energi yang rendah karbon," ujar Fabby.
Dalam laporan tersebut ia mengatakan upaya mengurangi laju pengeluaran emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan lahan, dan mengurangi subsidi bahan bakar fosil sejak 2015 membuat Indonesia berada di jalur transisi menuju ekonomi rendah karbon.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat