Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Standchart Berikan Akses Penanganan Gangguan Penglihatan bagi Anak Berkebutuhan Khusus

        Standchart Berikan Akses Penanganan Gangguan Penglihatan bagi Anak Berkebutuhan Khusus Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Standard Chartered Bank (Stanadchart) bersama CBM serta Yayasan Pelayanan Anak dan Keluarga (LAYAK) baru saja menggelar pelatihan bagi guru dari 14 Sekolah Luar Biasa (SLB) di wilayah Jabodetabek.

        Pelatihan ini ditujukan untuk peningkatan kapasitas guru dalam membantu anak-anak berkebutuhan khusus dengan penglihatan terbatas (low vision) berlangsung di Pusat Pelatihan Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala Jakarta.

        14 SLB yang menerima pelatihan tersebut ialah SLB Rawinala, SLB Triasih, SLB Lenteng Agung, SLB Tan Miyat Bekasi, SLB Bhakti Luhur, LSB Assyafiyah, SLB Surya Wiyata, SLBN Depok, SLB Manunggal Bakti, SLBN 7 Jakarta, SLB Frobel Montessorry, SLB Asih Budi II, SLB Sana Dharma, dan SLB Pemina. Pelatihan yang diberikan terdiri dari cara melakukan asesmen bagi penderita penglihatan terbatas (low vision) hingga pemberian rekomendasi penanganan lanjutan bagi orang tua maupun pihak terkait lainnya.

        Program pelatihan ini merupakan bagian dari Seeing is Believing Addressing Child Blindness Low Vision & Visual Impairment Project yang diluncurkan pada akhir 2015 dengan target wilayah kerja di Jabodetabek, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat untuk periode 5 tahun. Hingga hari ini, program tersebut telah menjangkau 1.800 anak berkebutuhan khusus dari 40 SLB di Jabodetabek dan Makassar.?

        Dari 1.800 anak tersebut, 794 diantaranya telah memperoleh layanan lanjutan. Country Head Corporate Affairs Standard Chartered Bank Indonesia, Dody Rochadi mengatakan bahwa perseroan sangat berbahagia karena banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang memperoleh akses untuk pemeriksaan mata serta penanganan lanjutan.?

        "Kami berharap melalui program Seeing is Believing, kami dapat berkontribusi menurunkan jumlah angka kebutaan di Indonesia, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah hingga nasional. Inilah komitmen kami untuk Indonesia," katanya di Jakarta, Kamis (10/8/2017).

        Menurut data WHO, secara global diperkirakan terdapat 285 juta orang (4,24%) mengalami gangguan penglihatan, 39 juta (0,58%) mengalami kebutaan, dan 246 juta (3,65%) mengalami low vision. Indonesia menempati urutan ketiga dalam daftar negara dengan tingkat kebutaan tertinggi di dunia, mencapai 1,5 persen lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara.

        Di Indonesia, terdapat sekitar 3,5 juta orang mengalami kebutaan pada kedua belah mata, dimana 50%-60%-nya atau sekitar 1,5 juta mengalami kebutaan akibat katarak. Penyebab lainnya?ialah glukoma dan penyimpangan pembiasan mata (refractive error).

        Ketua Umum Yayasan LAYAK, Evie Tarigan menambahkan bahwa prevalensi kebutaan juga dapat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi.

        ?Minimnya akses untuk mendapatkan pencegahan dan penanganan gangguan penglihatan dan kebutaan juga sangat dipengaruhi oleh keterbatasan finansial, rendahnya mobilitas dan rendahnya paparan terhadap informasi. Kami sangat mengapresiasi program Seeing is Believing yang fokus pada upaya pencegahan kebutaan dan peningkatan kesadaran akan dampak kebutaan dan menjamin akses pelayanan rehabilitasi bagi gangguan penglihatan permanen. Melalui program Seeing is Believing yang diluncurkan sejak 2003, Bank bertujuan memberikan akses bagi pelayanan pemeriksaan dan kesehatan mata yang terjangkau bagi masyarakat di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah untuk menurunkan angka gangguan penglihatan yang dapat diobati," tambahnya.

        Dody menambahkan untuk Indonesia sendiri, sejak 2003 program ini telah mengucurkan lebih dari US$9 juta untuk program perawatan kesehatan mata bagi masyarakat, mulai dari anak sampai dengan orang dewasa, termasuk pemberian vitamin A ke lebih dari 2 juta orang, pemberian edukasi kesehatan mata bagi lebih dari 1,9 juta orang, serta pemulihan kesehatan mata bagi lebih dari 138.000 orang.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Gito Adiputro Wiratno
        Editor: Rizka Kasila Ariyanthi

        Bagikan Artikel: