Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menlu Peru: Kami Khawatir Venezuela Menuju ke Perang Sipil

        Menlu Peru: Kami Khawatir Venezuela Menuju ke Perang Sipil Kredit Foto: Antara/Reuters/Carlos Garcia Rawlins
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Peru khawatir Venezuela mungkin menuju perang sipil saat krisis politik semakin dalam dan ekonominya meledak di bawah pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro, menteri luar negeri Peru mengatakan kepada Reuters pada hari Rabu (09/6/2017).

        Berbicara sehari setelah memanggil rekan-rekannya dari seluruh wilayah Lima untuk mengutuk "pecahnya tatanan demokratik" di Venezuela, Ricardo Luna mengatakan bahwa dukungan Maduro di dalam dan di luar negeri telah menyusut saat dirinya berusaha untuk mengkonsolidasikan kekuasaan melalui majelis konstituennya yang baru, sebuah peraturan baru yang anti-kritik. Sebuah kekuasaan baru yang dijalankan oleh loyalis Partai Sosialis yang berkuasa.

        Peru telah menjadi salah satu kritikus Venezuela yang paling keras sejak Presiden Amerika Tengah Pedro Pablo Kuczynski menjabat setahun yang lalu, menggantikan mantan sekutunya pemimpin Venezuela, Hugo Chavez.

        Luna menyebut tuduhan Maduro bahwa Kuczynski berkomplot dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump "tidak masuk akal."

        Perhatian Peru, katanya, adalah krisis kemanusiaan yang telah mengirim gelombang pengungsi Venezuela ke negara-negara tetangga, termasuk sekitar 40.000 warga sampai ke wilayah Peru dalam kurun enam bulan terakhir.

        "Ketakutan kami adalah bahwa Anda benar-benar memiliki perang saudara intensitas rendah, yang akan menghasilkan krisis kemanusiaan dengan proporsi yang besar," ujar Luna dalam sebuah wawancara di kantornya di Lima, sebagaimana dikutip dari laman Reuters, Kamis (10/8/2017).

        "Ini belum tentu akan terjadi, dan tidak mudah untuk membandingkannya dengan krisis besar seperti krisis yang kita hadapi di Suriah, tapi ini adalah negara besar, ini adalah situasi yang kompleks, ini adalah sesuatu yang hanya tinggal menunggu waktu saja," ujar Luna.

        Lebih dari 125 orang tewas dalam bentrokan di Venezuela sejak kubu oposisi mulai melakukan demonstrasi pada bulan April. Pada hari Minggu, pihak berwenang Venezuela memadamkan sebuah serangan ke sebuah pangkalan militer oleh tentara dan warga sipil bersenjata, menewaskan dua orang di antara mereka dalam sebuah kericuhan yang dramatis.

        Luna mengatakan "otokrasi" Maduro tampaknya tidak memiliki cukup dukungan di antara orang-orang Venezuela untuk memegang kekuasaan selama beberapa dekade seperti yang dimiliki pemerintah Kuba, dan mungkin tidak lama sebelum ekonomi negara produsen minyak runtuh sepenuhnya.

        "Kaki terakhir bisa bertahan beberapa minggu, berbulan-bulan, atau bahkan setengah tahun. Tidak lebih dari itu," ujar Luna.

        Baca ini: http://wartaekonomi.co.id/read150273/akankah-krisis-di-venezuela-dapat-memicu-perang-saudara.html

        ?Peru sedang mengevaluasi cara baru untuk menekan Venezuela dalam rangka memberlakukan reformasi demokratis, termasuk mengusir duta besar Venezuela dari Peru atau mengurangi kehadiran diplomatik Peru di Venezuela,? ungkap Luna.

        ?Sementara Maduro mungkin mengabaikan Deklarasi Lima yang ditandatangani oleh 12 negara pada hari Selasa, termasuk Kanada, Brasil dan Meksiko, kecaman kolektif tersebut mengirimkan sebuah sinyal kepada dunia bahwa sebagian besar di kawasan tersebut tidak lagi menganggap Venezuela sebagai sebuah demokrasi,? tambah Luna.

        Blok baru tersebut berencana bertemu untuk membahas Venezuela lagi di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Hafit Yudi Suprobo
        Editor: Hafit Yudi Suprobo

        Bagikan Artikel: