Maskapai penerbangan Vietnam yakni Vietnam Airlines dan Garuda Indonesia telah menandatangani memorandum of understanding (MOU) untuk memperkuat perjanjian kerja sama antara dua maskapai penerbangan di bidang services, maintenance, repair, and overhaul?(MRO), dan kargo. Upacara penandatanganan tersebut diadakan di sela-sela kunjungan Sekretaris Jenderal Komite Pusat Partai Komunis Vietnam ke Indonesia atas undangan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Bersamaan dengan penandatanganan MOU hari ini oleh Direktur Utama Vietnam Airlines Duong Tri Thanh dan Direktur Utama Garuda Indonesia Airlines Pahala N Mansury, kedua maskapai penerbangan ini memperluas perjanjian kerja sama mereka saat ini dengan rute Hanoi-Ho Chi Minh, Hanoi/Ho Chi Minh-Singapura, Singapura-Jakarta/Bali, dan Jakarta-Bali/Jawa.
Kedua maskapai penerbangan ini sepakat mencari peluang untuk meningkatkan kerja sama yang saling menguntungkan di bidang layanan, MRO dan kargo. Perluasan kemitraan antara kedua maskapai ini diharapkan dapat memperkuat kerja sama keduanya dan berkontribusi untuk mengembangkan Aliansi Skyteam.
"Sejak 2006 Vietnam Airlines dan Garuda Indonesia telah bekerja sama secara efektif dengan hasil yang nyata dan dengan adanya MOU ini menegaskan bahwa kerja sama ini lebih jauh ke arah kemitraan yang solid dan saling menguntungkan. Kami berharap dapat memperkuat kemitraan kami dengan Garuda Indonesia sehingga pelanggan dapat memperoleh keuntungan dari lebih banyak pilihan penerbangan dan kualitas layanan internasional yang sangat baik dari dua maskapai penerbangan terkemuka di Asia," ujar Direktur Utama Vietnam Airlines Duong Tri Thanh dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (23/8/2018).
Dalam kesempatan yang sama, Pahala menuturkan jika pihaknya merasa bangga mengumumkan kerja sama dengan Vietnam Airlines yang akan memperluas jaringan penerbangan kami di Asia Tenggara.
"Vietnam merupakan pasar yang berharga untuk Indonesia dan melalui kerja sama ini, kami dapat menawarkan lebih banyak lagi pilihan perjalanan antara Indonesia dengan Vietnam. Di saat yang sama, perjanjian ini diharapkan untuk meningkatkan perdagangan dan wisata dengan membuat Indonesia lebih mudah diakses oleh wisatawan Vietnam," ujar Pahala.
Menurut Centre for Asia-Pacific Aviation, aviasi Asia Tenggara berkembang lebih cepat dibandingkan dengan rata-rata global hampir di tiap negaranya, yang disebabkan oleh berkembangnya ekonomi regional dan masyarakat kelas menengah. Enam dari 10 negara di Asia Tenggara, mengalami pertumbuhan penumpang yang signifikan, dipimpin oleh Vietnam dan Myanmar. Kecenderungan ini diperkirakan akan berlanjut selama tahun 2017.
Kebutuhan akan transportasi udara di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan pada pertumbuhan ekonomi. Jumlah penumpang diproyeksikan untuk meningkat sebesar 1-2,5 kali dari GDP Indonesia.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penumpang internasional di Indonesia meningkat sebesar 8.16% dari 13.66 juta penumpang pada tahun 2015 menjadi 14.77 juta penumpang pada tahun 2016. Pertumbuhan penumpang internasional yang berasal dari Indonesia mungkin disebabkan oleh menguatnya aktivitas ekonomi dan meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah.
Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah penumpang domestik yang meningkat sebesar 16.97% dari 68.78 juta penumpang di tahun 2015 menjadi 80.45 juta penumpang di tahun 2016.
Pesatnya pertumbuhan penumpang transportasi udara membuat Indonesia menjadi negara dengan pembelian pesawat terbanyak ketiga, setelah China dan India. Kuatnya perkembangan dan pertumbuhan industri aviasi Indonesia akan membuka peluang-peluang baru bagi bisnis penerbangan. Selain itu, kuatnya pertumbuhan ekonomi, yang didukung dengan berkembangnya juga segmen kelas menengah, akan semakin mempromosikan perjalanan udara.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo