Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Yogyakarta -
Bank Indonesia (BI) menilai indeks harga konsumen (IHK) dalam enam bulan ke depan akan mengalami tren inflasi yang rendah, kendati dalam tiga bulan ke depan cenderung naik akibat adanya libur hari raya.
"Inflasi 6 bulan kedepan cenderung tren melemah. Meskipun 3 bulan, karena ada hari raya cenderung naik. Terus kalau nilai tukar stabil akan membantu harga komoditas kita jadi banyak hal yang membantu inflasi terjaga," ujar Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo saat Pelatihan Wartawan Perkembangan Perekonomian Indonesia Terkini di Yogyakarta, Minggu (27/8/2017).
Dia menilai ekspektasi pencapaian inflasi yang cukup bagus tersebut juga karena didukung oleh inflasi inti dan inflasi pangan bergejolak (volatile food) yang terjaga selama tiga tahun terakhir.
Inflasi Juli 2017 tercatat sebesar 0,22% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi pascalebaran tiga tahun terakhir sebesar 0,28% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK sampai dengan bulan Juli tercatat 2,60% (ytd) atau secara tahunan mencapai 3,88% (yoy).
Inflasi administered prices tercatat sebesar 0,07% (mtm) menurun dibandingkan bulan lalu sebesar 2,10% (mtm). Sedangkan inflasi volatile food tercatat sebesar 0,17% (mtm), juga lebih rendah dibandingkan bulan lalu sebesar 0,65% (mtm). Kemudian inflasi inti tercatat sebesar 0,26% (mtm) sama dengan bulan lalu. Inflasi inti pada periode ini lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi inti pada periode pascalebaran tiga tahun terakhir, yaitu 0,45% (mtm). Secara tahunan, inflasi inti tercatat cukup rendah, yaitu 3,05% (yoy).
"Jadi yang penting hari ini bank sentral tugasnya menjaga ekspektasi. Kalau tidak, akan membentuk ekspektasi yang tidak terjaga dan inflasi tinggi," papar Dody.
Dody berharap, apabila ada kebijakan pemerintah yang dapat menyebabkan inflasi administered prices agar dapat dilihat dari sisi positifnya. Karena kebijakan penyesuaian BBM dan listrik juga intinya untuk membantu alokasi resources pemerintah menjadi lebih efisien.
"Memang ada kenaikan inflasi yang tidak terhindarkan, tapi itu hanya cyclical. Kalau ada kenaikan bbm, jangan ada efek lanjutan yang berdampak ke inflasi misalnya angkutan, itu biasanya naik terus harga pangan naik. Jadi upaya kita menjaga second round effectnya. Karena kenaikan bbm dan listtik tidak terhindarkan tapi bersama pemerintah menjaga efek lanjutannya," jelasnya.
"Secara wilayah, kita tidak melihat inflasi diatas 3%. Jadi semua wilayah inflasinya terjaga. Itu membuka setengah room penurunan inflasi," tambah Dody.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: