Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -
Upaya penyelundupan rokok ilegal dari Pulau Jawa ke Pulau Sulawesi semakin massif. Produsen rokok ilegal memilih daerah-daerah di Sulawesi sebagai lokasi pemasaran lantaran prospeknya menjanjikan. Banyak masyarakat yang tinggal di daerah pelosok yang tidak peduli dengan asal-usul rokok tersebut, termasuk kualitasnya. Yang utama, rokok tersebut dibanderol dengan harga miring.
Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan Bea Cukai Sulawesi, Agus Amijaya, menyatakan pihaknya memang mensinyalir sejumlah daerah di wilayah hukumnya sebagai pasar yang menjanjikan bagi produsen rokok ilegal. Barang tersebut disukai masyarakat kelas bawah, terutama pada daerah pegunungan, perkebunan, serta pesisir. Pertimbangannya karena harga rokok ilegal lebih murah dibandingkan rokok bercukai di pasaran.
"Pasar disini (Sulawesi) besar. Ya orang jelas suka kalau rokok murah. Nah, dijualnya itu di daerah pegunungan, perkebunan dan pesisir," kata Agus, saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, di Makassar.
Berdasarkan hasil penyelidikan Bea Cukai Sulawesi, Agus menjelaskan rokok-rokok ilegal yang beredar diwilayahnya berasal dari Jatim. Terkadang produsen berupaya mengelabui petugas dengan menuliskan produksi rokok tersebut di daerah Sulsel pada kemasan. Tapi, setelah pihaknya melakukan penyisiran ke daerah yang dimaksud, Agus menyebut pihaknya tidak pernah menemukan adanya pabrik maupun peralatan produksi rokok.
Menurut Agus, massifnya peredaran rokok ilegal sudah direspon pihaknya dengan peningkatan pengawasan dan penindakan. Hingga pertengahan 2017, petugas sudah menyita sedikitnya 8 juta batang rokok ilegal seharga miliar rupiah. Teranyar, pihaknya menyita 5,5 juta batang rokok ilegal asal Jatim senilai Rp3,6 miliar. "Pengungkapan tahun ini dipastikan lebih banyak. Tahun lalu keseluruhan hanya 6 juta batang," ucapnya.
Agus menambahkan dengan massifnya pengawasan dan penindakan rokok ilegal, peredarannya di masyarakat semakin terbatas. Diklaimnya lebih banyak rokok ilegal yang berhasil disita dibandingkan yang beredar di pasaran. "Memang ada peningkatan pengiriman ke sini (Sulawesi). Tapi, lebih banyak yang ketangkap kok ketimbang yang dipasarkan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: