Tragis, Warga Rohingya Hijrah ke Bangladesh Lewati Jalur Darat Sungai dan Laut
Ketika keluarganya yang berjumlah enam orang melintasi pegunungan yang diterjang hujan lebat minggu lalu, Mohammed Ishmail mengikat putrinya yang berusia empat tahun ke punggungnya dengan longyi, atau sarung Myanmar. Istrinya membawa anak mereka yang berumur dua tahun dengan cara yang sama.
"Beberapa bagian begitu curam sehingga kami harus menarik diri kami dengan akar pohon," ujar Ishmail, seorang Muslim Rohingya, dalam sebuah wawancara di dekat pemukiman Kutapalong untuk pengungsi di Bangladesh, tak lama setelah tiba pada hari Selasa.
"Pada malam hari, kami hanya memotong semak-semak di tanah kosong dan tidur di sana. Kami punya dua payung untuk berlindung," tambahnya, sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis (7/9/2017).
Perjalanan tersebut melewati semak-semak di pegunungan yang sangat rimbun dan juga memakan waktu dua hari, namun perjalanan dari rumahnya di desa Khin Tha Ma, yang dirinya katakan terbakar saat terakhir kali melihatnya ketika berumur 10 tahun. Dirinya mengatakan bahwa perjalanan tersebut terasa seperti satu bulan.
Jumlah pengungsi yang tiba di Bangladesh dari negara bagian Rakhine Myanmar sejak serangan militan di sana pada 25 Agustus mencapai hampir 150.000 orang.
Mereka datang melalui darat, sungai dan laut. Banyak yang meninggal di sepanjang jalan. Kelompok lainnya mendapati diri mereka ditahan oleh para oknum perdagangan manusia, menuntut pembayaran atas penyelamatan mereka.
Tujuan mereka adalah wilayah Cox's Bazar di Bangladesh yang miskin, di mana ratusan ribu orang Rohingya sudah tinggal di kamp darurat, bergantung pada lembaga bantuan yang sudah terlalu banyak.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait: