Desakan Global Menguat Pasca Batalnya Suu Kyi ke Majelis Sidang PBB
Dalam pidato pertamanya ke Majelis Umum sebagai pemimpin nasional pada bulan September tahun lalu, Aung San Suu Kyi membela usaha pemerintahnya untuk menyelesaikan krisis mengenai perlakuan terhadap minoritas Muslim.
Tekanan internasional telah berkembang di Myanmar untuk mengakhiri kekerasan di negara bagian Rakhine bagian barat yang dimulai pada 25 Agustus ketika sebuah milisi Rohingya menyerang sekitar 30 pos polisi dan sebuah kamp tentara.
Serangan tersebut mendorong sebuah serangan militer yang menyapu bersih dan menurut para pengungsi ynag kemudian ditujukan untuk mengusir Rohingya keluar dari Myanmar.
Laporan dari para pengungsi dan kelompok hak asasi manusia melukiskan gambaran serangan yang meluas di desa Rohingya di utara Rakhine oleh pasukan keamanan dan etnis Rakhine, yang telah menempatkan banyak desa Muslim ke obor.
?Namun pihak berwenang Myanmar telah menyangkal bahwa pasukan keamanan, atau warga sipil Budhis, telah menetapkan api, malah menyalahkan milisi Rohingya. Hampir 30.000 penduduk desa Budhha juga telah mengungsi,? ujar mereka, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Kamis (14/9/2017).
Administrasi Trump telah meminta perlindungan warga sipil, dan Bangladesh mengatakan bahwa semua pengungsi harus pulang dan meminta zona aman untuk dibuat di Myanmar agar memungkinkan mereka melakukannya.
Namun China, yang bersaing dengan AS untuk pengaruh di wilayah tersebut, mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya mendukung upaya Myanmar untuk menjaga "pembangunan dan stabilitas".
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo