Kelompok ISIS merebut kembali kendali atas Kota Al-Bukamal, kubu terakhir ISIS di Suriah yang belum lama ini telah direbut oleh pasukan Pemerintah Suriah, kata satu kelompok pemantau.
Setelah pernyataan militer Suriah mengenai perebutan Al-Bukamal di pinggir Deir Az-Zour di Suriah Timur pada Kamis (9/11/2017), petempur ISIS melancarkan serangan besar terhadap kota tersebut, dan merebut kembali 40 persen wilayahnya, kata Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia.
Lalu pada Sabtu (11/11/2017), gerilyawan ISIS merebut kembali seluruh kota itu, dan mendesak pasukan pemerintah serta petempur sekutunya mundur sampai dua kilometer ke luar kota tersebut, kata kelompok pengawas yang berpusat di London itu. Karena kota tersebut merupakan tempat persembunyian terakhir mereka, kondisi itu menjelaskan mengapa petempur ISIS melakukan perlawanan balik.
Pada Kamis, personel militer Suriah mengumumkan perebutan kota tersebut, dan mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa pembebasan Al-Bukamal merupakan "prestasi strategis dan dasar untuk menghpuskan sisa anggota organisasi teror itu beserta bermacam namanya di seluruh wilayah Suriah".
Militer Suriah juga memuji apa yang digambarkannya sebagai "kerja sama terus-menerus" antara militer Suriah dan Irak, kata Xinhua yang dipantau di Jakarta, Minggu (12/11/2017). Militer Suriah mengatakan koordinasi tersebut telah memainkan peran besar dalam pembersihan banyak wilayah perbatasan dan dalam pencegahan penyutupan petempur ISIS.
Al-Bukamal sangat penting bagi ISIS karena kedekatannya dengan daerah yang dikuasai ISIS di sisi perbatasan Irak, yang belum lama ini telah diserbu oleh prajurit militer Irak dan tentara sekutunya.
Pada Oktober, Pasukan Demokratis Suriah --yang didukung AS-- merebut Kota Ar-Raqqah di Suriah Utara, Ibu Kota de Fakto ISIS. Militer Suriah juga merebut Ibu Kota Provinsi Deir Az-Zour pada November.
Pada Sabtu Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump menyepakati perlunya penyelesaian politik bagi perang di Suriah tanpa keterlibatan militer, demikian keterangan tertulis dari Kremlin. Gedung Putih belum memastikan pernyataan bersama kedua presiden tersebut atau pembicaraan di antara kedua tokoh itu di sela-sela pertemuan puncak Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di kota Danang, Vietnam.
Kremlin menyatakan pernyataan bersama mengenai Suriah tersebut adalah hasil koordinasi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson. Pada saat ISIS semakin terdesak di Suriah, perhatian dunia kini tertuju pada perang lebih luas antara kelompok Presiden Bashar al- Assad dan gerilyawan.
Dalam kesempatan terpisah, Putin dan Trump juga sepakat mengenai perlunya upaya bersama dalam memerangi sisa kekuatan ISIS di Timur Tengah, kata Kremlin. Kedua kepala negara itu mengakui kedaulatan Suriah, kemerdekaan, keutuhan wilayah, dan mendesak semua pihak yang terlibat dalam konflik di Suriah untuk terlibat aktif dalam proses politik di Jenewa, kata Kremlin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: