Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hadapi Krisis Rohingya, China Beberkan Solusi Ini...

        Hadapi Krisis Rohingya, China Beberkan Solusi Ini... Kredit Foto: Reuters/Danish Siddiqui
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Otoritas China telah mengusulkan sebuah rencana yang terdiri dari tiga tahap untuk menyelesaikan krisis Rohingya.

        Dimulai dengan sebuah gencatan senjata di Negara Rakhine Myanmar sehingga pengungsi dapat kembali dari Bangladesh, Kementerian Luar Negeri China mengatakan menjelang pertemuan pejabat Eropa dan Asia di Myanmar pada hari Senin.

        Lebih dari 600.000 Muslim Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak akhir Agustus yang dikeluarkan oleh sebuah operasi pembersihan militer di negara bagian mayoritas Muslim, Myanmar, Rakhine.

        Penderitaan pengungsi telah menimbulkan kecaman internasional. Pertemuan Menteri Luar Negeri Asia-Europe, atau ASEM yang digelar di ibu kota Myanmar, Naypyitaw, merupakan pertemuan diplomatik multilateral penting yang terjadi setiap dua tahun sekali dan dirancang untuk membahas masalah antara Asia dan Eropa. Pertemuan tersebut dijadwalkan berlangsung di Myanmar sebelum pecahnya krisis saat ini.

        Berbicara di Naypyitaw pada hari Minggu setelah tiba dari Dhaka, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan China percaya bahwa krisis Rohingya dapat ditangani dengan solusi yang dapat diterima oleh tetangga Myanmar dan Bangladesh melalui konsultasi.

        "Tahap pertama itu untuk melakukan gencatan senjata di medan konflik, untuk kembali ke stabilitas dan ketertiban, sehingga orang-orang dapat menikmati kedamaian dan tidak lagi dipaksa untuk melarikan diri," ungkap Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan yang mengutip Wang, sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin (20/11/2017).

        "Dengan kerja keras semua pihak, pada saat ini tujuan tahap pertama pada dasarnya telah tercapai, dan kuncinya adalah mencegah terjadinya suar, terutama bahwa tidak ada menghidupkan kembali nyala api perang," tambahnya.

        Setelah gencatan senjata terlihat sedang berjalan, Wang mengatakan bahwa dialog bilateral harus diikuti untuk menemukan solusi yang dapat diterapkan, dan fase ketiga dan terakhir harus bekerja menuju solusi jangka panjang berdasarkan pengentasan kemiskinan.

        Wang mengatakan bahwa kemiskinan adalah akar penyebab konflik. Militer Myanmar telah mengatakan bahwa semua pertempuran melawan gerilyawan Islam Rohingya meninggal pada tanggal 5 September, namun tetap waspada terhadap serangan oleh pejuang yang telah melarikan diri ke Bangladesh dengan para pengungsi tersebut.

        Krisis pengungsi meletus setelah militer melancarkan operasi kontra-pemberontakan brutal terhadap militan setelah serangan terhadap sebuah pangkalan militer dan puluhan pos keamanan polisi di Rakhine pada 25 Agustus.

        Kelompok di balik serangan tersebut, Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), telah mengumumkan gencatan senjata satu bulan pada tanggal 10 September, yang ditolak oleh pemerintah. Tapi belum ada bentrokan serius sejak itu.

        Mengunjungi Myanmar minggu lalu, Sekretaris Negara A.S. Rex Tillerson mengutuk serangan ARSA, dan menyuarakan dukungan untuk transisi Myanmar menuju demokrasi di bawah pemerintahan sipil yang dipimpin oleh pemenang harga perdamaian Aung San Suu Kyi.

        Namun Tillerson juga menyerukan penyelidikan yang kredibel terhadap laporan pelanggaran hak asasi manusia terhadap Rohingya yang dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar, yang jenderalnya mempertahankan otonomi mengenai masalah pertahanan, keamanan dalam negeri dan perbatasan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Hafit Yudi Suprobo
        Editor: Hafit Yudi Suprobo

        Bagikan Artikel: