Devy Kamil Syahbana selaku Kepala Subbidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengatakan aktivitas semburan asap vulkanis Gunung Agung mengalami penurunan cukup drastis dibandingkan hari-hari sebelumnya.
"Kemungkinan penurunan asap ini, kemungkinan karena ada infusi lava di dalam kawan dan gunung setinggi 3.142 mdpl ini sedang dalam fase istirahat sejenak," ujar Devy Kamil saat ditemui di Pos Pemantauan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangsem, Kamis (30/11/2017).
Devy mengatakan, Gunung Agung dalam kondisi tenang ini terpantau kondisi magma terus mengalami pertumbuhan dan ketinggian asap vulkanis terpantau ketinggian sekitar 2.000 meter dari puncak gunung.
"Asap yang dikeluarkan dominan putih dan tidak berwarna abu kegelapan seperti hari-hari sebelumnya. Namun, saat ini belum ada penurunan status Gunung Agung dan sampai saat ini masih tetap level IV atau awas," ujarnya.
Untuk aktivitas kegempaan Gunung Agung saat ini, masih terdeteksi alat seismograf yang terlihat adanya gempa terus menerus, namun durasinya tidak selama seperti hari sebelumnya. "Dengan adanya tremor yang terdeteksi ini, menandakan aktivitas Gunung Agung belum reda," ujarnya.
Walau kondisinya asap Gunung Agung sudah tampak lebih sedikit, pihaknya terus memantau aktivitas kegempaan, demografi, geokimia dan citra satelit. Terkait terlihatnya "glow" atau cahaya merah pada asap vulkanis Gunung Agung itu akibat adanya trombolian atau lava yang mendorong ke atas yang masih berada di dalam kawah.
"Dari kepulan asap itu masih tampak glow atau cahaya lava yang berada di dalam kawah," tuturnya.
Selain itu, ada beberapa hal berbeda yang tampak dari gunung Agung, seperti pada tubuh gunung tertinggi di Bali ini mulai terlihat jalur-jalur lahar. Pihaknya belum dapat memastikan apakah letusan akan semakin besar atau kecil dibandingkan letusan gunung tertinggi di Bali ini pada Tahun 1963.
"Potensi erupsi Gunung Agung masih besar dan kami terus mengikuti perkembangan data seperti apa dan melakukan assesment seperti apa maupun mengestimasi kira-kira seluas apa ancaman bahanya," pungkasnya.
Untuk itu, pihaknya kembali mengimbau masyarakat yang berada di luar zona bahaya itu, agar menyiapkan masker untuk menghindari terpaparnya abu vulkanis yang kehirup ke pernafasan, iritasi kulit dan gangguan penglihatan. (HYS/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Hafit Yudi Suprobo