PT Bank Bukopin Tbk menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 8 persen tahun depan, lebih tinggi dari perkiraan tahun ini sebesar 6 persen. Beberapa sektor seperti pertambangan dan perdagangan bakal mendorong pertumbuhan kredit. Perusahaan masih akan menyasar segmen mikro sebagai tumpuan utama.
Presiden Direktur PT Bank Bukopin Tbk Glen Glenardi menyatakan target tersebut cukup konservatif dan di bawah industri sebesar 10-12 persen, lantaran masih ada beberapa risiko di tahun depan.
"Pertumbuhan kredit tahun depan rencananya kami enggak lebih dari 10 persen, sekitar 8 persenan karena iklim usaha sendiri belum membaik, so-so saja. Dari sisi makronya kan pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 5,1 persen hingga 5,2 persen saja. Tahun depan juga mulai masuk tahun politik, belum lagi isu internasional seperti konflik di Yerusalem, kemungkinan harga minyak bisa naik," kata dia kepada Warta Ekonomi, Jumat (15/12/2017).
Demi mendukung target tersebut, perusahaan juga berencana membuka kantor baru di Kendari, Sulawesi Tenggara untuk melakukan ekspansi terhadap nasabah baru, melengkapi jaringan laku pandai perusahaan yang saat ini sudah mencapai 1.035 agen.
Pembangunan jaringan baru di Indonesia Timur sendiri tidak akan memakan modal besar jika dibandingkan dengan Indonesia Barat. Secara keseluruhan, perusahaan menganggarkan Rp150 miliar untuk belanja modal tahun depan.
Fee Based Income
Ditambahkan Glen, perusahaan menyasar peningkatan tambahan pendapatan berbasis komisi alias fee based income (FBI) dari layanan-layanan digital yang diluncurkan. Maklum saja, Bank Bukopin tengah bertransformasi ke era digital, dan terus memperbesar anggaran belanja modal digital, yang saat ini mencapai 60 persen dari total anggaran.
Dicontohkan, aplikasi Wokee yang baru diluncurkan perusahaan ditargetkan meng-generate FBI sebesar Rp30 miliar dari perolehan 400.000 nasabah baru. Sementara untuk tambahan dana murah alias current account saving account (CASA) Bukopin mematok dapat menyerap Rp400 miliar dari penambahan nasabah.
"Kami incar fee based dari transaksi, transfer antarbank. Besaran biayanya sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia soal NPG (National Payment Gateway)," kata Glen.
Sesuai roadmap digital yang disusun perusahaan, perusahaan meluncurkan inkubasi digital BNVLabs dan produk digital Wokee untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Ke depannya, akan memperkuat layanan digital untuk internal antardirektorat yang kebanyakan masih konvensional, seperti aplikasi kredit.
Sekadar informasi, sampai dengan Oktober 2017, bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh PT Bosowa Corporindo ini mencatat perolehan DPK mencapai Rp85,09 triliun atau naik 15,03% secara tahunan atau year on year (yoy).
Sementara CASA mengalami kenaikan 30,44% (yoy) menjadi Rp28,73 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu Rp22,02 triliun. Porsi CASA terhadap total DPK juga naik dari 29,78% di Oktober 2016 menjadi 33,76% per Oktober 2017.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yosi Winosa
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait: