Ibrahim Abu Thurayya, aktivis Palestina yang tahun ini baru menginjak usia 29 tahun, pada akhirnya gugur pada 16 Desember 2017 setelah peluru tentara Israel bersarang tepat di kepalanya lantaran keberaniannya berorasi menyerukan perjuangan melawan Israel.
Sembilan tahun silam, pemuda itu sudah kehilangan kedua kakinya akibat serangan tentara Israel ke Gaza. Maka inilah potret Palestina yang sesungguhnya. Ketika penjajahan di muka bumi ini masih saja terjadi, amanah dalam Pembukaan UUD 1945 layak untuk kemudian dijunjung tinggi. Perjuangan rakyat Palestina adalah potret kolonialisasi terakhir di muka bumi ini.
Oleh karena itulah, Indonesia sesuai dengan garis pendirinya mutlak untuk menjalankan amanah Pembukaan UUD 1945 sebagaimana disebutkan "bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."
Musabab itu pulalah yang menguatkan langkah Presiden Joko Widodo untuk seketika berangkat ke Istanbul, Turki sesaat setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan klaimnya atas Yerusalem Timur sebagai ibu kota Israel hingga ia kemudian memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Klaim tersebut sudah pasti mengundang kontroversi meski ada saja pihak-pihak yang ingin memancing di air keruh dalam persoalan tersebut. Kehadiran Presiden Jokowi dalam KTT OKI di Istanbul Turki pun tampak pula sebagai upaya mempertahankan eksistensi Indonesia dalam peta politik dunia khususnya untuk kasus Palestina dan Israel.
Beberapa pihak di Tanah Air juga tampak ingin mengaiteratkan kepergian Jokowi ke Istanbul sebagai upaya Jokowi memanfaatkan momentum politik di Indonesia agar jangan sampai persoalan Palestina-Israel hanya menjadi panggung bagi politisi lain untuk menarik intensi masyarakat.
Namun beberapa yang lain menegaskan bahwa persoalan Palestina-Israel bukan sekadar fanatisme agama melainkan bahwa sudah menjadi kewajiban regulasi Indonesia untuk menuntut dihapuskannya penjajahan dari atas muka bumi ini.
Bela Palestina
Presiden Jokowi dinilai sudah mengambil langkah yang tepat, dengan momentum yang pas, saat mengambil peranan dalam KTT OKI di Turki. Sesampainya di Tanah Air, Presiden menyatakan mendukung segala upaya dari elemen masyarakat yang menyatakan sebagai bagian dari Aksi Bela Palestina.
Presiden Jokowi bahkan dengan tegas menyatakan bahwa rakyat Indonesia harus mendukung rakyat Palestina untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Hal itulah yang membuatnya mendukung salah satunya aksi Bela Palestina yang digelar pada 17 Desember 2017 yang dianggap sebagai bentuk solidaritas terkait kondisi Palestina dan klaim sepihak AS yang menyebut Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Langkah Presiden mendapatkan pujian dari sejumlah organisasi massa Islam di antaranya tiga badan otonom organisasi massa Islam Mathla`ul Anwar (MA) yang juga mengecam keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengklaim sepihak ibu kota Israel di Yerusalem.
Tiga badan otomom MA tersebut mengapresiasi Pemerintah Republik Indonesia dibawah kepemimpinan Joko Widodo serta Kementerian Luar Negeri dan seluruh pimpinan organisasi kemasyarakatan Indonesia yang cepat merespon keputusan Donald Trump tersebut.
Sebagaimana disebutkan Ketua Umum DPP Generasi Muda MA Ahmad Nawawi, SSi yang menyebut bahwa Kota Yerussalem (Al Quds) adalah kota suci bagi tiga agama yaitu Islam, Nasrani, dan Yahudi, karena di Kota itu Ummat Muslim beribadah di Masjid Al Aqsa, Ummat Nasrani beribadah di Gereja Natipiti, dan Ummat Yahudi beribadah di Tembok Ratapan.
Menurut dia, klaim sepihak penguasaan Kota Yerusalem oleh negara Irael, dipastikan akan merusak kebebasan beribadah dan hubungan ketiga agama yang sebelumnya harmonis. Bahkan tiga badan otonom organisasi massa Islam tersebut menyatakan keputusan Trump menjadi bukti, Presiden AS itu sudah tersandera kepentingan Israel.
Ketiga badan otonom itu menuntut keras agar Trump menarik kembali keputusan yang dipastikan akan merusak rintisan jalan panjang bagi terwujudnya perdamaian di Palestina, Timur Tengah, dan juga dunia. Boikot produk Palestina memang bukan sekadar tentang transaksi surga dan neraka, namun lebih tentang menghadirkan keadilan yang melahirkan perdamaian di muka bumi ini.
Maka jika ada yang membingkai persoalan Palestina dalam mozaik-mozaik yang memendam kepentingan pribadi dan golongan sama artinya memaknai penderitaan bangsa Palestina tidak lebih sebagai bahan komoditas yang diperjualbelikan.
Meski begitu, seperti apa pun mozaik itu telah terbingkai dan jikalaupun itu ada, langkah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menjadi salah satu pemrakarsa pelaksanaan Aksi Bela Palestina di Jakarta, Minggu (17/1/2017) layak untuk dihargai.
MUI bahkan secara konkret mengimbau masyarakat Indonesia untuk memboikot produk Amerika Serikat (AS) dan Israel yang beredar di Tanah Air sebagaimana pernyataan sikap Aksi Bela Palestina yang dibacakan oleh Sekretaris MUI Anwar Abbas.
Majelis itu mengeluarkan imbauan kepada masyarakat Indonesia agar memboikot produk AS dan Israel yang beredar di Tanah Air dan menggantinya dengan produk sejenis karya anak bangsa.
Aksi Bela Palestina juga mengecam jika Presiden Donald Trump tidak mencabut keputusan pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel maka PBB pun akan didesak untuk segera menggelar sidang istimewa dan memberikan sanksi tegas kepada Amerika Serikat dengan opsi pembekuan AS sebagai anggota PBB, atau pemindahan markas PBB dari Amerika Serikat ke negara lain.
DPR RI juga didesak untuk membentuk panitia khusus yang ditugaskan meninjau kembali semua bentuk investasi atau bisnis perusahaan-perusahaan Amerika di negeri ini, juga mengimbau rakyat Indonesia untuk melakukan boikot terhadap seluruh produk perusahaan Amerika serikat dan Israel yang beredar di Tanah Air.
Aksi tersebut dihadiri berbagai tokoh lintas sektoral entah karena merasa terpanggil karena rasa kemanusiaan atau lantaran ada mozaik yang ingin dibingkai di atas segala kepentingan. Namun apa pun bentuknya, aksi Bela Palestina bisa saja menjadi potret yang riil yang dapat dilihat dunia internasional perihal sikap bangsa Indonesia terkait persoalan Palestina. Indonesia tetaplah saudara bagi rakyat Palestina.
Maka dunia akan melihat bahwa Indonesia berdiri di garis depan untuk membela rakyat Palestina. Apapun aksinya, kerap kali bendera Palestina dikibarkan dalam setiap aksi membela Islam di Tanah Air.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: