Bali mengimpor berbagai jenis mesin dan alat produksi mencapai 115,46 juta dolar AS selama sebelas bulan periode Januari-November 2017.
Nilai impor Bali itu menurun 24,99 juta dolar AS (17,80 persen) dibanding kurun waktu sama tahun sebelumnya 140,45 juta dolar AS.
"Berbagai jenis alat produksi itu didatangkan dari mancanegara sebagai modal kerja dengan harapan mampu memberikan nilai ekonomis, menguntungkan bagi perekonomian, pembangunan, dan tingkat kesejahteraan masyarakat setempat," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, nilai impor tersebut sangat kecil dibandingkan perolehan devisa dari ekspor Bali yang mencapai 489,34 juta dolar AS selama sebelas bulan periode Januari-November 2017 atau meningkat 25,69 juta dolar AS (5,54 persen) dibanding periode sama tahun sebelumnya tercatat 463,65 juta dolar AS.
Khusus impor pada bulan November 2017 tercatat 12,71 juta dolar AS atau meningkat 2,1 juta dolar AS (20,96 persen) dibandingkan bulan sebelumnya (Oktober 2017) tercatat 10,39 juta dolar AS.
"Namun dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya nilai impor tersebut menurun 8,89 juta dolar AS atau 41,43 persen, mengingat nilai impor bulan November 2016 mencapai 21,46 juta dolar AS," ujar Adi Nugroho.
Adi Nugroho menambahkan, komoditas yang didatangkan dari luar negeri itu meliputi produk lonceng, arloji dan bagiannya 22,07 persen, produk perhiasan (permata) 17,67 persen, produk barang dari kulit 8,54 persen, produk mesin dan perlengkapan mekanik 7,25 persen serta produk minyak atsiri, kosmetik wangi-wangian 6,24 persen.
Berbagai jenis komoditas tersebut mendatangkan dari Honng Kong 49,55 persen, Amerika Serikat 10,29 persen, Australia 6,58 persen, Jerman 4,74 persen, dan Thailand 4,26 persen.
Barang-barang yang diimpor selain mesin juga alat produksi berupa produk barang-barang dari kulit dan perhiasan (permata) setelah diolah lebih lanjut oleh perajin setempat, kembali diekspor dengan nilai yang jauh lebih mahal, ujar Adi Nugroho.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Gito Adiputro Wiratno