Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menpar: Tantangan Bangsa Ini Adalah Kecepatan

        Menpar: Tantangan Bangsa Ini Adalah Kecepatan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Pariwisata Arief Yahya mengingatkan pentingnya penguatan daya saing Indonesia di berbagai bidang, termasuk sektor pariwisata, yang bisa dilakukan dengan mendorong kemudahan perizinan.

        "Tantangan bangsa ini adalah kecepatan, karena 'flow of people' itu sangat lambat sekali di Indonesia dan ujungnya itu, hampir semuanya terkait dengan perizinan," kata Arief dalam seminar penguatan daya saing di Jakarta, Selasa (30/1/2018).

        Arief mengakui pemerintah masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah dalam proses perizinan, karena masih dirasakan rumit oleh sejumlah investor, padahal kemudahan berusaha dibutuhkan untuk memperkuat daya saing.

        Untuk mengatasi persoalan investasi itu dalam jangka waktu dekat, tambah Arief, pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bisa menjadi solusi untuk mengundang minat pengusaha dalam menanamkan modal di Indonesia.

        "Kalau mau deregulasi total ini sulit. Kita ada 550 kota. Kalau mau gampang, buatlah KEK untuk investasi sebanyak-banyaknya, karena di KEK bisa buat aturan khusus," kata Arief.

        Selain itu, proses kemudahan berusaha atau deregulasi kebijakan bisa fokus dilakukan ke sektor tertentu, seperti pariwisata, yang berpotensi menyumbang devisa maupun menggerakkan roda perekonomian dalam waktu dekat.

        Arief mencontohkan keberhasilan Jepang yang bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan hingga dua kali lipat dari 2011 ke 2013 setelah melakukan sejumlah relaksasi peraturan. "Jepang bisa menambah kunjungan dari sembilan juta (wisatawan, red.) menjadi 20 juta dalam waktu dua tahun. Vietnam juga telah melakukan deregulasi besar-besaran," ujarnya.

        Saat ini, daya saing global Indonesia berada pada peringkat 36 atau naik lima peringkat dari posisi sebelumnya di peringkat 41. Namun, posisi daya saing Indonesia masih di bawah negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

        Untuk mencapai peringkat yang lebih tinggi, maka perbaikan kinerja bidang kelompok "factor driven" perlu dipacu selain bidang kelompok "efficiency driven", seperti peningkatan efisiensi pada pasar tenaga kerja dan pasar barang.

        Upaya tersebut merupakan keniscayaan seiring adanya rencana perubahan pengukuran GCI yang memasukkan faktor teknologi digital. Prospek daya saing Indonesia relatif cerah karena pada bidang inovasi dan kecanggihan usaha, Indonesia tercatat berkinerja baik.

        Seminar itu diadakan dalam rangka mendorong partisipasi dunia usaha mengikuti Executive Opinion Survey yang diadakan oleh World Economic Forum (WEF). Survei tersebut saat ini masih berlangsung, dari Januari-Maret 2018.

        Hasil survei akan diolah untuk menjadi masukan bagi penyusunan beberapa peringkat antarnegara, yaitu Global Competitiveness Index (GCI), Travel and Tourism Competitiveness Index, dan Gender Global Gap Index.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: