Dalam rangka meningkatkan nilai ekspor produk Indonesia di Selandia Baru, CEO Business Forum (CBF) mengumumkan kesiapan Batik Alleira untuk segera memasuki pasar Selandia Baru. Sebagai salah satu anggota dari CBF, Batik Alleira akan berupaya mewujudkan visi misi CBF dalam menjembatani dunia usaha untuk saling bekerja sama satu sama lain dan membantu pemerintah dalam menggalakkan ekspor di Selandia Baru.
Jahja B. Soenarjo, Ketua Umum CBF mengatakan bahwa dalam acara pertemuan anggota CBF pada Senin (19/2/2018) di Dapur Solo Resto Jakarta, telah terjadi jabat tangan atau the real deal antara Pendiri CBF dengan CEO Batik Alleira Lisa Mihardja yang akan segera menghadirkan produknya di Selandia Baru, dengan mengeksplorasi desain Pasifik, tetapi tetap berciri khas Indonesia dan saat ini sedang dalam persiapan. The real deal tersebut juga langsung disepakati oleh perwakilan Kementerian Pariwisata RI, Vita Datau.
Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya menyampaikan bahwa volume perdagangan Indonesia dengan Selandia Baru masih berkisar USD1,7 miliar atau NZD1,4 miliar. "Dari konfigurasi tersebut kita selalu defisit karena kita lebih banyak impor daripada jualan ke sana. Jadi, kita impor itu hampir 60%, ekspor kita di kisaran 30-40%. Ini dikarenakan produk-produk kita yang kita ekspor masih banyak dalam bentuk komoditas, belum dalam bentuk jadi yang mempunyai value edit yang tinggi," ungkap Tantowi.
Mengingat tingkat kesejahteraan Selandia Baru, Tantowi optimis bahwa produk batik yang memiliki value added?tinggi akan mudah menguasai pasar di Selandia Baru. Meskipun produk fesyen masih menjadi kebutuhan primer masyarakat Selandia Baru yang jumlahnya hanya 5 juta jiwa.
Melalui CBF, Tantowi berharap Indonesia mampu meningkatkan nilai ekspor ke mancanegara dan investasi asing untuk Indonesia yang akan menjadi bukti keberhasilan diplomasi Indonesia dan mesin penggerak ekonomi Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa yang menjadi hambatan dalam mengekspor produk Indonesia keluar yaitu belum adanya direct connectivity. Konektivitas langsung yang belum ada tersebut membuat arus orang dan barang masih terhambat. Dengan begitu, hingga saat ini jumlah turis Indonesia ke Selandia Baru dan turis Selandia Baru ke Indonesia jumlahnya masih sedikit.
Tantowi juga menuturkan bahwa CBF merupakan wadah untuk saling bertukar informasi bisnis, yang tujuannya adalah mewujudkan ekonomi Indonesia yang lebih baik. "Kami ini para pengusaha, tepatnya para CEO dari berbagai perusahaan berbagai bidang atau produk yang dihasilkan. Ini sebagian kecil saja berkumpul dalam rangka sharing, bertukar informasi karena saya adalah Duta besar di Selandia Baru, saya sharing dengan teman-teman ini mengenai potensi bisnis, baik itu perdagangan maupun investasi yang bisa digarap di sana, maupun produk-produk yang bias diimpor ke sini. Kami ini tergabung dalam grup yang namanya CBF (CEO Business Forum), tempat kami bercengkrama hampir setiap hari dalam rangka sharing bisnis. Namun, esensinya tetap mendasar," jelasnya.??
Dalam pertemuan tersebut pula, CBF menyerahkan secara simbolis satu set perangkat gamelan untuk ruang kedutaan Indonesia di Selandia Baru. "Yang mana ruang kedutaan tersebut diubah sedemikian rupa dengan konsep yang sangat Indonesia, sangat Nusantara. Ada ruang sriwijaya, ruang mataram, ruang bali ruang pertemuannya. Jadi, masyarakat Indonesia yang ada bisa memanfaatkan fasilitas agar tetap cinta dengan negaranya, dan Selandia Baru juga bisa melihat kekayaan Indonesia, seni budayanya juga," jelas Jahja.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah