Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, Jawa Timur, akan memperketat pengawasan secara moderat dengan melakukan pembinaan spiritual dan humanis terhadap mahasiswi asing asal Thailand yang bercadar.
"Tentu saja kami pimpinan IAIN Tulungagung tidak serta merta mengikuti jejak UIN Yogyakarta," kata Wakil Rektor III Kemahasiswaan IAIN Tulungagung Abad Badruzzaman saat dikonfirmasi terkait polemik pelarangan mahasiswa bercadar di Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta, Kamis.
Ada pertimbangan mendasar yang membuat pihak rektorat IAIN Tulungagung tidak mau "mengekor" kebijakan UIN Sunan kalijaga.
Pertama alasan landasan kode etik mahasiswa yang membolehkan civitas akademika berekspresi selama dalam koridor kesopanan, kesantunan, tidak melanggar norma agama dan hukum pidana.
"Bukan semata-mata landasan kode etik mahasiswa, tetapi juga terkait dengan hak asasi setiap muslimah dalam mengepresikan semangat keberagamaannya," kata Abad.
Pertimbangan lain, sebagaimana penuturan sejumlah dosen dan tenaga sipil kampus IAIN Tulungagung, adalah faktor kultur mahasiswi pengguna cadar yang mayoritas berasal dari Negeri Gajah Putih (Thailand).
"Ini berkaitan dengan kultur berjilbab muslimah mahasiswi Thailand yang memang sangat kuat paham Suni-nya. Di sana jilbab dengan bercadar sudah menjadi hal yang lazim, apalagi yang putri-putri kiai sana," kata Muchlasin, staf humas IAIN Tulungagung.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat