Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut dua, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) berkomitmen memajukan industri mebel Jawa Timur karena industri ini mayoritas padat karya sehingga jika sektor ini maju maka tenaga kerja yang terserap akan semakin banyak.
"Perusahaan furnitur harus bisa lebih maju agar bisa menyedot tenaga kerja," katanya saat mengunjungi perushaan furniture PT Integra Group Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (1/4/2018).
Ia mengaku kagum, karena perusahaan yang dipimpin oleh Halim Rusli ini dapat menembus pasar ekspor mulai dari kawasan Eropa dan Amerika Serikat, sehingga perusahaan furnitur ini harus bisa dijaga dan dipertahankan.
Dalam kesempatan itu dirinya melihat masih ada pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan guna menggenjot produktivitas industri mebel Jawa Timur.
"Salah satunya adalah pengoptimalan penggunaan teknologi terkini dengan peremajaan alat dan teknologi industri. Masih banyak produsen mebel dalam negeri yang masih menggunakan teknologi yang sangat manual," katanya.
Selain itu, kata dia, ketersediaan bahan baku log (kayu gelondongan) dan rotan yang semakin menipis juga harus menjadi perhatian serius, serta masalah distribusi logistik bahan baku dan produk jadi yang dinilai menelan ongkos yang tinggi. "Selain itu, para pengusaha banyak yang mengusulkan agar ekspor bahan baku dipermudah. Ini yang perlu didiskusikan lebih lanjut bersama pemerintah pusat," ujarnya.
Oleh karena itu, kata dia, perlu ada perluasan pasar, mengingat selama ini, tujuan ekspor masih terbatas ke negara-negara tradisional, seperti Amerika dan Eropa.
"Kalau bisa diekspor ke negara tetangga," ujarnya.
Sementara itu pemilik perusahaan Halim Rusli, mengharapkan bila terpilih nanti Gus Ipul mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif terutama di sektor mebel Jawa Timur, seperti menjembatani antara kepentingan pengusaha dan buruh.
"Harus imbang, jangan karena kepentingan politik, pengusaha dikorbankan. Begitu juga sebaliknya," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil