Usaha Kecil dan Menengah kuliner khas Palembang, pempek, mengalami kemajuan pesat menjelang Asian Games XVIII tahun 2018.
Pjs. Wali Kota Palembang, Akhmad Najib, mengatakan, berdasarkan data terbaru, diketahui produksi pempek mencapai 6,4 ton hingga 7 ton per hari untuk memenuhi kebutuhan oleh-oleh para pendatang dan penjualan di dalam kota.
"Bisa dikatakan dengan volume mencapai 7 ton per hari ini, sudah melebihi bakpia," kata Najib?di Palembang, Minggu (29/4/2018).
Ia mengatakan permintaan ini diperkirakan melonjak tajam saat perhelatan Asian Games XVIII tahun 2018 yang berlangsung pada 18 Agustus-2 September mendatang.
Kota Palembang yang menyelenggarakan 13 cabang olahraga diperkirakan bakal kedatangan atlet dan ofisial berjumlah 15 ribu orang.
Untuk itu, Pemkot Palembang telah berkoordinasi dengan asosiasi pempek untuk memenuhi kebutuhan para tamu negara pada saat Asian Games mendatang.
"Pada dasarnya, pengusaha pempek di Palembang sudah menyanggupi. Apalagi, mereka juga sudah didukung teknologi pengemasan berupa plastik kedap udara sehingga pempek bisa tahan hingga dua hari untuk dibawa pulang ke negara masing-masing peserta," kata dia.
Melalui ajang Asian Games ini, Pemerintah Kota Palembang mendorong makanan khas daerah pempek ini bisa "go internasional" untuk meningkatkan perekonomian sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM).
"Pempek ini sudah dikenal di Indonesia. Artinya, target selanjutnya menembus pasar Asia dan dunia. Sejauh ini, pesanan pempek sudah banyak dari kawasan Asia Tenggara yang dapat dijadikan salah satu indikator bahwa makanan ini bercita rasa internasional," kata dia.
Makanan khas Palembang yang berbahan utama ikan ini memiliki pasar yang cukup menjanjikan seiring dengan berkembangnya belanja online. Dalam beberapa dua tahun terakhir, bermunculan bisnis pempek online karena persoalan pengiriman sudah tidak menjadi masalah. Kuliner ini dapat dikemas dengan cara divakum sehingga dapat awet selama pengiriman.
Salah satunya, bisnis pempek online PT Pos Indonesia yang bertumbuh pesat hingga tiga kali lipat sejak mulai diluncurkan pada 2012 yakni dari 1-2 ton per bulan menjadi 7-8 ton per bulan pada 2017.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ratih Rahayu