Trump Mundur dari Perjanjian Nuklir Iran, Asia Bergulat dengan Dampak Pasokan Minyak
Penyuling minyak bumi di Asia sedang mencari pasokan alternatif saat mereka bersiap atas pembaharuan sanksi AS terhadap eksportir minyak utama Iran di tengah pasar yang ketat.
Amerika Serikat berencana memberlakukan sanksi sepihak yang baru setelah meninggalkan perjanjian nuklir yang membatasi ambisi nuklir Iran sebagai pertukaran untuk menghapus sanksi bersama AS-Eropa.
Sanksi baru kemungkinan akan mencakup langkah-langkah terhadap sektor minyak dan pengiriman Iran, kata Ehsan Khoman, kepala penelitian untuk Timur Tengah dan Afrika Utara di Mitsubishi UFJ Financial Group, dengan 180 hari bagi industri tersebut untuk menyesuaikan kebijakan tersebut.
"AS akan melembagakan tingkat tertinggi sanksi terhadap Iran, menambahkan bahwa setiap negara yang membantu Iran juga akan dikenakan sanksi, Presiden Trump jelas menyatakan bahwa ia memiliki keinginan minimal dalam perjanjian alternatif dengan Iran," ungkap Khoman, sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu (9/5/2018).
Selama putaran terakhir sanksi, pasokan minyak Iran turun sekitar 1 juta barel per hari (bpd), tetapi negara itu muncul kembali sebagai pengekspor minyak utama setelah sanksi dicabut pada Januari 2016.
Sejak itu, Iran meningkatkan produksi dan ekspor minyaknya. Irab pun menghasilkan 3,81 juta bpd pada Maret 2018, hampir 4 persen dari output global, dan ekspor minyak mentahnya rata-rata lebih dari 2 juta bph pada kuartal Januari-Maret tahun ini.
Analis sekarang memperkirakan pasokan Iran turun 300.000 bph hingga 1 juta bph, tergantung pada berapa banyak negara lain yang sejalan dengan Washington.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo