Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga Minyak Kembali Merosot

        Harga Minyak Kembali Merosot Kredit Foto: Andi Aliev
        Warta Ekonomi, New York -

        Harga minyak AS melemah pada akhir perdagangan, Rabu (23/5/2018) pagi WIB, setelah mencapai tingkat tertinggi dalam lebih dari tiga tahun di sesi sebelumnya.

        Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, turun 0,11 dolar AS menjadi menetap di US$72,13 per barel di New York Mercantile Exchange.

        Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli, naik 0,35 dolar AS menjadi ditutup pada US$79,57 per barel di London ICE Futures Exchange.

        Minyak mentah berjangka WTI sedikit menurun di akhir perdagangan setelah mencapai 72,83 dolar AS per barel, tertinggi sejak November 2014, karena kekhawatiran geopolitik terus mendukung pasar.

        Kekhawatiran geopolitik bahwa sanksi AS terhadap Iran dapat mengurangi pasokan minyak mentah negara itu, telah menyebabkan harga minyak melonjak dalam beberapa pekan terakhir.

        Presiden AS Donald Trump pekan lalu mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran, perjanjian internasional penting yang ditandatangani pada 2015.

        Pasar minyak mempertahankan dukungan dari kekhawatiran atas sanksi AS terhadap Iran, karena para pedagang bertaruh tindakan tersebut akan mengurangi pasokan minyak mentah global.

        Beberapa analis mengatakan sanksi tersebut bisa menghapus satu juta barel per hari minyak mentah Iran dari pasar, sementara yang lain mengatakan dampaknya akan terbatas menjadi kurang dari 500.000 barel per hari.

        Pasar sekarang juga mempertimbangkan kemungkinan sanksi AS tambahan terhadap Venezuela, setelah pemilihan presiden negara itu.Presiden Venezuela Nicolas Maduro pada Minggu (20/5) mengamankan masa jabatan enam tahun keduanya dalam pemilihan presiden. Amerika Serikat secara aktif mempertimbangkan sanksi minyak terhadap negara tersebut, di mana produksinya telah turun sepertiga dalam dua tahun ke yang terendah dalam beberapa dekade.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: