Dua diaspora Indonesia di Louisiana, Amerika Serikat (AS), Herry dan Ida Utomo, berhasil menciptakan beras berprotein tinggi. Beras yang diberi nama Cahokia tersebut telah terbukti mengandung 50% lebih banyak protein dibanding beras umumnya.
Beras bulir panjang umumnya mengandung empat gram protein setiap hidangan (serving), tetapi beras Cahokia mengandung enam gram protein. Temuan kedua diaspora yang juga profesor di Louisiana State University ini salah satunya bertujuan untuk mengatasi malnutrisi.
"Ada ratusan juta orang di seluruh dunia yang bergantung pada nasi dan memakannya tiga kali per hari, tetapi kadang mereka tidak dapat asupan protein yang cukup karena kelangkaan atau tidak mampu membeli daging. Jadi, saya pikir jika kita dapat meningkatkan kandungan protein beras, itu dapat membantu mengatasi masalah gizi buruk yang serius," jelas Ida Utomo seperti dikutip Warta Ekonomi di Jakarta, Jumat (25/5/2018).
Beras Cahokia telah lolos paten, pertama kali berhasil dikembangkan di dunia, dan kini mulai dijual ke publik melalui berbagai pasar swalayan oleh perusahaan di Amerika Serikat. Petani lokal asal Illinois bernama Blake Gerard yang menggeluti padi selama 18 tahun mengaku amat puas dengan beras Cahokia.
"Kami sekarang sedang panen kelima dan dengan hasil yang bagus serta tingkat protein yang konsisten. Kami sangat gembira," ujarnya.
Selain itu, kadar karbohidrat di beras Cahokia pada dasarnya tidak berubah. Cahokia memiliki indeks glisemik (IG) yang lebih rendah dibanding beras lain pada umumnya. Karbohidrat dari beras Cahokia berubah menjadi gula lebih lambat daripada beras biasa. Dengan begitu, bagi para penderita diabetes, beras dengan IG lebih rendah seperti Cahokia lebih aman untuk dikonsumsi.?
Sementara itu, Herry Utomo menambahkan bahwa tidak ada perubahan teknis dalam budi daya padi berkadar protein tinggi ini. Artinya, tanpa mengeluarkan biaya tambahan, dari tiap 1 hektare yang ditanami Cahokia akan diperoleh 150 kg ekstra protein murni. Protein tambahan ini setara dengan 550 kg daging atau 4.500 liter susu.
"Dengan total areal produksi beras AS sebesar 1,8 juta hektare maka padi berkadar protein tinggi ini akan membantu menghasilkan tambahan 0,23 juta ton protein murni setiap kali tanam," paparnya.
Sementara itu, untuk Indonesia yang lahannya 4,5 kali AS, potensi tambahan protein bisa mencapai 1 juta ton protein murni yang setara dengan 3,6 juta ton daging tanpa biaya tambahan atau mengubah cara budi daya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait: