Harga minyak turun pada akhir perdagangan, Kamis (7/6/2018) pagi WIB, di tengah kekhawatiran bahwa pasokan global meningkat setelah persediaan AS naik tak terduga serta Arab Saudi dan produsen besar lainnya mengisyaratkan bahwa mereka dapat meningkatkan produksi.
Patokan AS, minyak mentah?West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, kehilangan US$0,79 menjadi menetap di US$64,73 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus, turun tipis US$0,02 menjadi ditutup pada US$75,26 per barel di London ICE Futures Exchange. Dalam perdagangan elektronik pasca-penutupan, Brent berbalik positif, naik 18 sen per barel.
Karena minyak mentah AS turun lebih cepat daripada Brent, perbedaan atau "spread" antara keduanya melebar sebesar 6,5% dari sesi sebelumnya, menjadi sebanyak US$10,74?per barel.
Persediaan minyak mentah AS naik 2,1 juta barel dalam pekan yang berakhir 1 Juni, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan, sebuah kejutan setelah para analis memperkirakan penurunan 1,8 juta barel. Persediaan bahan bakar minyak juga meningkat.
"Harga minyak sedang dihantam oleh penambahan mengejutkan pada stok minyak mentah karena total impor melompat lebih tinggi, menumpulkan dampak dari kilang yang berjalan lebih tinggi," kata Matthew Smith, direktur riset komoditas di ClipperData di Louisville, Kentucky.
Produksi minyak mentah AS mencapai rekor 10,8 juta barel per hari dalam seminggu lalu, menurut laporan mingguan EIA. Meningkatnya produksi telah mendorong penjualan sejak patokan global Brent naik di atas 80 dolar AS per barel bulan lalu.
"Berlanjutnya peningkatan dalam produksi minyak mentah membebani pasar, dan cukup signifikan dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu," Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates yang berbasis di Houston. Produksi minyak AS naik 1,5 juta barel per hari dari setahun sebelumnya.
Menteri perminyakan India mengatakan mitranya dari Saudi mengatakan kepadanya bahwa kerajaan itu meninjau kembali kebijakan pemotongan produksi, yang telah mendukung harga.
Pemerintah AS telah secara tidak resmi meminta Arab Saudi dan produsen OPEC lainnya untuk meningkatkan produksi, sumber mengatakan kepada Reuters pada Selasa (5/6).
OPEC dan Rusia akan bertemu pada 22-23 Juni untuk memutuskan apakah akan meningkatkan produksi mereka. Para produsen telah mempertimbangkan peningkatan pasokan hingga 1 juta barel per hari, sumber mengatakan kepada Reuters.
"Harga minyak sedang didorong oleh OPEC dan pandangan-pandangan tentang seberapa banyak dan seberapa cepat `OPEC plus` akan meningkatkan produksi," analis Energy Aspects, Virendra Chauhan, mengatakan.
Pengimbangan ekspektasi tersebut telah menurunkan produksi di Venezuela, yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia dan merupakan pemasok utama untuk pasar bahan bakar Amerika. Produksinya terhambat oleh investasi yang tidak memadai, salah urus, dan sanksi Amerika Serikat.
Tiga sumber mengatakan kepada Reuters bahwa perusahaan minyak milik negara Venezuela, PDVSA, sedang mempertimbangkan untuk mengumumkan "force majeure" pada beberapa ekspor.
Sanksi Amerika Serikat terhadap Iran juga mengancam untuk mengurangi ekspor minyak dari produsen OPEC tersebut.
"Ini adalah perang tarik-menarik antara hilangnya pasokan dari Venezuela dan Iran dengan potensi peningkatan produksi dari OPEC dan minyak serpih AS," kata Tony Nunan, manajer risiko di Mitsubishi Corp. "Harga US$80 adalah batas atas sementara untuk minyak sampai kita mendengar dari OPE," katanya, demikian Xinhua melaporkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: