Hasil penelitian terbaru Korn Ferry (NYSE: KFY) mengemukakan bahwa besaran gaji para tenaga ahli diprediksi akan meningkat karena kurangnya jumlah tenaga ahli di seluruh wilayah Asia Pasifik.
Korn Ferry Head of Rewards and Benefits untuk wilayah Asia Pasifik,?Dhritiman Chakrabarti, menuturkan, meski sumber daya manusia melimpah, jumlah tenaga ahli masih kurang. Meski terdapat banyak karyawan, sangat sedikit karyawan yang memiliki keahlian yang dibutuhkan perusahaan untuk membantu perusahaan tersebut bersaing.
?Secara umum, kenaikan gaji mengikuti kenaikan inflasi. Namun, gaji para tenaga ahli yang dibutuhkan akan melonjak ketika perusahaan-perusahaan memutuskan untuk bersaing dalam merekrut sumber daya manusia terbaik," tutur Dhritiman dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (26/6/2018).
Kekurangan tenaga ahli di tingkat global diperkirakan terjadi di 20 negara dalam tiga periode, yaitu 2020, 2025, dan 2030. Kekurangan tenaga ahli terutama pada tiga sektor yang meliputi layanan finansial dan bisnis; teknologi, media dan telekomunikasi; serta manufaktur.
Sementara itu, Indonesia diprediksi memiliki jumlah tenaga kerja dengan latar belakang pendidikan sarjana atau lebih tinggi sebanyak 12,7 juta orang pada tahun 2030. Meski demikian, kebutuhan akan jumlah tenaga kerja dengan latar belakang pendidikan sarjana atau lebih tinggi diperkirakan akan mencapai 16,5 juta orang di Indonesia pada tahun 2030.
Hal ini berarti Indonesia masih akan kekurangan 3,8 juta tenaga kerja dengan latar belakang pendidikan sarjana atau lebih tinggi, dan hal ini akan menyebabkan perusahaan-perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan hingga US$76.397 miliar untuk membayar gaji tenaga kerja ahli pada tahun 2030.
Dari ketiga sektor tersebut, kekurangan tenaga ahli terbesar terjadi di sektor TMT, yang diprediksi akan mencapai 502.000 orang pada tahun 2030.
Pada tahun 2030, gaji premium rata-rata (gaji yang dibayarkan perusahaan di atas jumlah kenaikan gaji dari waktu ke waktu karena inflasi normal) di wilayah Asia Pasifik untuk setiap karyawan adalah US$14.710 per tahun.
Namun, Hong Kong diprediksi akan menghadapi biaya yang lebih tinggi terkait kenaikan gaji ini, yaitu US$40.539 per tahun untuk setiap tenaga ahli; Singapura diprediksi mengeluarkan biaya sebesar US$ 29.065; dan Australia lebih dari US$ 28.625 pada tahun 2030.
Sektor manufakturing, yang merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, diprediksi akan terhambat karena dampak yang signifikan dari kenaikan gaji tersebut.
Kekurangan tenaga ahli di Tiongkok akan mencapai lebih dari 1 juta orang pada tahun 2030, dan hal ini akan menyebabkan gaji premium yang akan dibayarkan mencapai hampir US$51 miliar pada tahun 2030, tertinggi dari negara-negara yang diteliti.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu
Tag Terkait: