PT Angkasa Pura I (Persero) mempertahankan peringkat (rating) idAAA (Triple A) dari lembaga rating PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dengan outlook stabil untuk periode 7 Agustus 2018 sampai dengan 1 Agustus 2019.
Pefindo juga menetapkan kembali peringkat idAAA terhadap Obligasi I Angkasa Pura I Seri A, Seri B, Seri C tahun 2016 senilai Rp2,5 triliun dan peringkat idAAA terhadap Sukuk Ijarah I Angkasa Pura I Seri A, Seri B, Seri C Tahun 2016 senilai Rp500 miliar untuk periode yang sama dengan periode rating secara korporasi, yaitu 7 Agustus 2018 hingga 1 Agustus 2019.
Peringkat tersebut diberikan Pefindo berdasarkan data dan informasi dari perusahaan serta Laporan Keuangan Tidak Diaudit per 30 Juni 2018 dan Laporan Keuangan Audit per 31 Desember 2017.
Dimana ketahui idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan Pefindo. Peringkat ini menunjukkan kemampuan penerbit obligasi (obligor) yang superior dalam memenuhi komitmen jangka panjangnya.
Direktur Keuangan PT Angkasa Pura I (Persero) Novrihandri menjelaskan bahwa peringkat tertinggi obligasi Angkasa Pura I yang diberikan dalam rangka pemantauan tahunan itu menggambarkan secara singkat menariknya obligasi Angkasa Pura I bagi investor.
"Peringkat ini juga menunjukkan bahwa risiko gagal bayar perusahaan yang sangat rendah, sehingga dapat memberikan gambaran kepada calon investor bahwa obligasi yang dikeluarkan Angkasa Pura I ini memiliki prospek yang baik sebagai instrumen investasi," jelas Novrihandri, Kamis (9/8/2018).
Selain itu, peringkat-peringkat tersebut mencerminkan dukungan pemerintah yang kuat kepada Angkasa Pura I karena peran strategis bandara, keunggulan kompetitif yang kuat dari ekonomi wilayah yang dilayani, dan marjin profitabilitas yang stabil. Namun, peringkat tersebut dibatasi oleh leverage keuangan yang tinggi dalam jangka pendek ke menengah.
Sebagai informasi, dana yang diperoleh dari Obligasi dan Sukuk Ijarah ini setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi sejak awal perolehannya, sekitar 75% digunakan Angkasa Pura I untuk mengembangkan lima bandaranya, yaitu Bandara Internasional Yogyakarta Baru, Bandara Ahmad Yani Semarang, Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Bandara Juanda Surabaya, dan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, sisanya digunakan untuk investasi rutin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Kumairoh