Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Ahmad Atang mengatakan, gerakan ganti Presiden 2019 yang dimotori Neno Warisaman dan Ahmad Dhani tidak memiliki kekuatan pendobrak yang luar biasa, sehingga tidak perlu terlalu dirisaukan.
"Gerakan ini tidak perlu dirisaukan karena tidak memiliki kekuatan pendobrak yang luar biasa karena isu tidak terpola dan gerakan ini telah kehilangan tokohnya," kata Ahmad Atang di Kupang, Sabtu (1/9/2018).
Dia mengemukakan, hal itu terkait maraknya aksi kampanye seputar ganti presiden 2019 dan dampaknya terhadap konstelasi politik pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2019.
Menurut dia, gerakan ini sudah kehilangan tokohnya. Hanya saja, Prabowo Subianto masih merasa bahwa dirinyalah yang akan tampil sebagai simbol politik Islam.
"Padahal, simbol politik yang diinginkan oleh ijma ulama sesungguhnya adalah figur yang harus berlatar belakang santri, bukan nasionalis seperti Prabowo," kata mantan Pembantu Rektor I UMK itu.
Di sini, Prabowo dan Gerindra terjebak oleh asumsinya sendiri karena hingga saat ini belum ada sikap resmi kelompok alumni 212 untuk mendukung Prabowo. Boleh jadi, kata dia, pernyataan Yusril Ihza Mahendra benar bahwa kekuatan politik Islam akan mendukung Joko Widodo pada Pilpres mendatang karena calon wapresnya adalah seorang ulama.
Dia menambahkan, gerakan ganti presiden sesungguhnya merupakan agenda kekuatan politik aliran yang dimotori oleh para habib dan kelompok garis keras sejak Pilkada DKI dan mendapatkan dukungan secara politik oleh PKS dan Gerindra.
Harapan PKS dan Gerindra, kata dia, adalah agar kekuatan politik aliran ini harus dimobilisasi untuk kepentingan Pilpres 2019.
Namun, dalam perjalanan, PKS dan Gerindra yang menjadi motor penggerak ternyata memiliki agenda berbeda-berbeda, di mana kekuatan politik aliran menghendaki hadirnya ulama sebagai simbol politik umat dalam Pilpres 2019, ternyata bertepuk sebelah tangan.
Kondisi ini disebabkan karena agenda politik Prabowo Subianti justru memilih Sandiago Uno sebagai pendampingnya dalam kontestasi Pilpres 2019 mendatang.
Sementara Joko Widodo yang selama ini selalu diidentikan dengan kekuatan nasionalis sekuler, justru memilih Ma'ruf Amin sebagai wakilnya.
"Maka pada saat yang sama, kekuatan Prabowo semakin melemah di mata ulama," katanya.
Atas dasar inilah, maka kekuatan politik oposan tetap menjaga semangat gerakan ganti presiden yang digagas oleh kelompok politik aliran seolah-olah para ulama masih mendukung Prabowo.
"Padahal, fakta menunjukkan bahwa tidak ada ulama yang terlibat jauh dalam gerakan ganti presiden yang dimotori oleh Neno Warisman dan Ahmad Dhani," katanya menambahkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: