Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        IMF: Perekonomian Global Masih Dibayangi Sejumlah Risiko

        IMF: Perekonomian Global Masih Dibayangi Sejumlah Risiko Kredit Foto: Fajar Sulaiman
        Warta Ekonomi, Nusa Dua, Bali -

        Dana Moneter Internasional (IMF) menilai pertumbuhan ekonomi global masih akan dibayangi sejumlah risiko diantaranya normalisasi suku bunga kebijakan moneter The Fed, tensi perdagangan global, dan kenaikan harga minyak.

        Direktur Eksekutif IMF Regional ASEAN Juda Agung dalam temu media di Nusa Dua, Bali, Sabtu (13/10/2018), mengatakan dinamika dari sejumlah risiko tersebut akan memengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,7 persen pada 2018 dan 2019.

        Dalam Pertemuan Tahunan IMF-WBG 2018, ekonomi global dan agenda kebijakannya menjadi bahasan. Risiko-risiko yang ada menjadi tantangan tidak hanya bagi negara-negara berkembang, namun juga bagi negara maju.

        Juda menyarankan pemerintah dan otoritas terkait di Indonesia untuk mempersiapkan diri dengan memperkuat tenaga penahan (buffer) dari sisi cadangan devisa dan fiskal.

        "Perlu melakukan perbaikan supaya mempunyai daya tahan terhadap goncangan, dan perlu kerja sama dalam situasi yang buruk. Kerja samanya adalah dari sisi perdagangan untuk menghindari dampak perang dagang," kata dia.

        Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dodi Budi Waluyo menjelaskan bahwa Komunike Pertemuan ke-38 Komite Moneter dan Keuangan Internasional (IMFC) menyepakati bahwa masalah perdagangan harus diselesaikan bersama.

        Hal tersebut sejalan dengan pidato Presiden Joko Widodo ketika membuka Sidang Pleno IMF-WBG 2018 bahwa tidak akan ada negara yang menang maupun kalah dalam perang dagang karena semuanya akan menanggung beban yang sama.

        Dengan adanya kesepakatan IMFC mengenai aksi bersama (concerted action) dalam mengatasi permasalahan perdagangan global, Dody menilai hal tersebut akan memiliki dampak positif bagi Indonesia.

        "Bahwa Indonesia masih punya pe-er masalah reformasi yang harus dijalankan dan current account yang masih defisit sudah di dalam pipeline pemerintah dan bank sentral," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Hafit Yudi Suprobo

        Bagikan Artikel: