Industri sawit dapat mempercepat pencapain Sustainable Development Goals (SDGs). Kontribusi industri ini sangat penting karena menggunakan 12 dari 17 tujuan SDGs.
"Negara berkembang akan terus bertambah konsumennya, jumlah penduduk akan naik akan menaikkan kebutuhan minyak nabati. Dampaknya akan meningkatkan kebutuhan minyak nabati yang dikonsumsi masyarakat," kata Direktur Eksekutif Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), Mahendra Siregar, saat konferensi pers IPOC 2018, Kamis (1/11/2018) di Nusa Dua, Bali.
Dalam beberapa tujuan dalam SDGs, antara lain penanganan perubahan iklim, mengatasi kelaparan dan mengatasi ketimpangan dapat menjadi contoh pencapain yang bisa dikejar melalui penguatan industri sawit. Bayangkan saja, dari sisi produktivitas minyak sawit sangat berbeda jauh dengan produktivitas minyak nabati lainnya. Dari per luasan lahan yang sama, akan menghasilkan jumlah minyak yang berbeda. Tentunya minyak sawit akan menghasilkan minyak yang lebih besar.
Bila melihat kebutuhan minyak sawit, menurut Mahendra, ?kalau ini tidak dipenuhi oleh sawit maka bisa memakan lahan yang lebih luas untuk menghasilkan minyak nabati lainnya.
Jadi kalau negara-negara Uni Eropa, Amerika Serikat dan negara lainnya yang menentang kelapa sawit atau produk turunannya kelapa sawit adalah bentuk pemaksaan nilai. Karena nilai tersebut tidak relevan dengan negara-negara yang memiliki kebutuhan minyak sawit yang tinggi.
"Di UE kan berbeda mereka kan aging society. Konsumsi mereka tidak akan banyak, justru tambah sedikit. Beda dengan negara berkembang yang masih membutuhkan kebutuhan yang semakin tinggi, populasi yang tinggi," kata Mahendra.
Oleh karena itu,?kita harus fokus ke luar UE. Kita fokus menggarap negara-negara yang masih tumbuh dan memiliki potensi besar menyedot minyak sawit.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Arif Hatta
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: