Pernyataan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto soal 'tampang Boyolali' terus mendapat kritikan. Kali ini juru bicara PSI, Dedek Prayudi juga turut mengomentari hal tersebut.
Menurutnya, tampang orang kecil tidak seharusnya dijadikan bahan candaan. Dalam ilmu public speaking, melontarkan candaan kepada 'audience' adalah sesuatu yang sangat lumrah. Namun perlu diingat, dalam melontarkan candaan tersebut adalah unsur sensitivitas. Karenanya, pernyataan Prabowo soal 'tampang Boyolali' dianggapnya sebagai lagi-lagi blunder yang dilakukannya.
"Akui saja, ini blunder kesekian beliau, seolah mengkonfirmasi bahwa gaya beliau memang menumbuhkan pesimisme atau mengasihani diri sendiri di kalangan masyarakat," jelasnya di Jakarta, Senin (5/11/2018).
"Pak Prabowo seharusnya paham bahwa cara bercanda yang menertawakan status sosial tertentu yang diwakilkan oleh 'wajah Boyolali' tergolong 'body shaming', atau menjadikan kondisi fisik orang lain sebagai bahan tertawaan," lanjutnya.
Ia menilai, menjadikan status sosial sebagai bahan tertawaan merupakan sebuah bentuk ketidaksensitifan. Menganggap Prabowo menjadikan status sosial sebagai bahan candaan karena Ketum Gerindra itu tidak memahami bagaimana rasanya menjadi kelompok kecil.
"Kami paham bahwa Pak Prabowo lahir dan tumbuh dari kalangan elit, hingga hari ini menjadi elite politik tidak pernah tahu 'feel' nya menjadi kalangan menengah ke bawah, sehingga tidak sensitif akan hal ini," terangnya.
Atas pernyataan Prabowo, ribuan warga Boyolali turun ke jalan sebagai bentuk protes. PSI menilai wajar apabila warga Boyolali marah kepada Prabowo.
"Karena wajah mereka dianggap merepresentasikan kelas sosial tertentu yang dianggap tak layak masuk hotel berbintang," imbuhnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim