Induk perusahaan pengembang properti dan kawasan industri asal negeri tirai bambu, China Fortune Land Development (CFLD) saat ini dikabarkan mengalami indikasi masalah keuangan yang berpotensi berdampak pada stagnansi proyek-proyek mereka di berbagai negara, termasuk Indonesia. Sebagai langkah antisipasi, BKPM diminta memanggil perwakilan CFLD di Indonesia untuk dimintai keterangan.
Direktur Center For Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi mengatakan, pemerintah harus segera mengambil langkah antisipasi terhadap goncangan keuangan yang dialami induk perusahaan CFLD di China sejak Februari 2018 dan tren stagnansi pada sejumlah proyek CFLD di berbagai negara seperti Mesir dan India. Menurut Uchok, pemerintah Indonesia harus meminta CFLD memastikan investasinya di Indonesia tidak terganggu dan berujung pada mandeknya proyek dan pemutusan hubungan kerja.?
?Jangan sampai proyek investasinya mandek dan berakibat negatif bagi Indonesia. Apalagi sampai terjadi PHK. Ini tantangan bagi pemerintah, harus memanggil CFLD untuk memberikan keterangan mengenai indikasi masalah keuangannya dan meminta jaminan investasinya tidak terganggu,? ucap Uchok, kepada wartawan di Jakarta, Kamis (6/12/2018).
Di Indonesia, CFLD memiliki dua proyek utama sejak 2016, yakni di wilayah Tangerang dan Karawang dengan total komitmen investasi sebesar Rp 19 triliun hingga 2020.?
"Jika terjadi stagnansi, atau bahkan penutupan kantor CFLD seperti terjadi di beberapa negara seperti di Amerika, makan tentunya komitmen investasi mereka di Indonesia juga terancan akan tidak terealisasi," ujar Uchok.
Di Tangerang, CFLD mengembangkan Lavon Swancity sebagai proyek residensial. Sedangkan di Karawang, CFLD mengembangkan proyek kawasan industri dengan nama Karawang New Industry City.?
Data terbaru dari BKPM memang mencatat menurunnya realisasi investasi China di Indonesia secara keseluruhan. Melansir data BKPM, realisasi investasi China pada periode Januari-September 2017 mencapai US$ 2,7 miliar. Namun pada periode yang sama tahun ini realisasi investasi China hanya mencapai US$ 1,8 miliar atau turun 33,33%.
Sebelumnya, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM Tamba P Hutapea menjelaskan lambatnya realisasi China ini dikarenakan masih berlangsungnya Perang Dagang antara China-Amerika.
"Ada beberapa faktor yang cukup berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan realisasi investasi kuartal kedua dibandingkan kuartal pertama 2018. Gejolak rupiah dan perang dagang AS-China telah berdampak pada perlambatan laju investasi,? jelas Tamba
Saat dimintai konfirmasi, Associate Director Industrial Development and Promotion CFLD, Shirley T Putri belum memberikan jawaban.
Indikasi Masalah Keuangan Induk Perusahaan CFLD di China
Indikasi masalah keuangan Induk perusahaan CFLD di Tiongkok dilaporkan Reuters terjadi sejak awal Februari 2018 bertepatan dengan merosotnya indeks pasar sektor industri properti di China yang mengalami koreksi sebesai 16% sejak diberlakukannya pengetatan kebijakan investasi di luar China oleh pemerintah pada tahun 2017 lalu. Akibatnya, harga saham CFLD di bursa Shanghai mengalami penurunan signifikan, yakni terjun lebih dari 31% dari harga 45,93 Yuan per lembar saham di bulan Februari 2019 menjadi 14,42 Yuan per lembar saham pada bulan November 2018.?
Pada bulan Juli 2018, Reuters memberitakan CFLD menjual 19,7% saham kepada Ping An Insurance Group untuk memperoleh dana segar guna pengembangan berbagai proyek investasi propertinya baik di China maupun di berbagai negara. Ping An Insurance Group menggelontorkan US$ 2 Milyar untuk transaksi ini.?
Namun, dana segar dari Ping An Insurance Group belum terbukti mampu membantu CFLD untuk merealisasi sejumlah proyek propertinya di berbagai negara. Pada bulan Juli 2018, Pemerintah Daerah Haryana di India mengabarkan ketidakjelasan kelanjutan proyek yang digadang-gadang oleh CFLD. Padahal Pemerintah Daerah Haryana telah menandatangani kesepakan dengan CFLD untuk proyek pengembangan kota mandiri dan kawasan industri berskala besar di tahun 2016 lalu.
Stagnansi serupa juga terjadi di proyek CFLD di Mesir yang hingga saat ini belum berjalan padahal Memorandum of Understanding (MoU) antara CFLD dengan Pemerintah Mesir telah disepakati sejak tahun 2016. Pada MoU tersebut CFLD berjanji untuk menggelontorkan investasi sebesar US$20 Milyar dalam rangka pengembangan ibukota baru untuk Mesir dan juga menjanjikan akan membuka lapangan pekerjaan untuk 230.000 orang dalam proses pengembangan kota tersebut.
Diketahui dari sumber, bahwa belum lama ini CFLD melakukan penutupan kantor perwakilannya pemutusan hubungan kerja seluruh karyawan-karyawannya di Amerika, Brunei, Filipina, Mesir, India, Jepang, dan di sejumlah Negara Eropa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: