Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dinilai keliru mengeluarkan izin investasi. Hal itu disampaikan anggota DPR Fraksi Partai Gerindra, Nizar Zahro, menyikapi dugaan terjadinya masalah keuangan yang dialami salah satu investor properti asal China di Indonesia, China Fortune Land Development (CFLD).?
Nizar khawatir investasi CFLD di Indonesia macet dan berdampak pemutusan hubungan kerja akibat masalah keuangan yang dialami perusahaan yang kantor pusatnya berada di Singapura tersebut.
?Kasus CFLD adalah akibat BKPM yang tidak prudent dalam mengeluarkan izin. Tidak masuk akal baru 2016 masuk investasi, dua tahun kemudian sudah dilaporkan bermasalah,? kata Nizar, kepada wartawan di Jakarta, Rabu (12/12/2018).
Berdasarkan laporan media properti asal Tiongkok Mingtiandi, CFLD merumahkan 900 pegawainya setelah perusahaan tersebut mengalami krisis keuangan dan menjual sebagian unit usahanya kepada raksasa propert China Vanke pada Juni 2018.
Kemudian, media Singapura Business Times juga melaporkan kantor pusat CFLD di Singapura juga memecat 60 pegawainya dari total 96 pegawai yang terdaftar. Pemecatan itu dilakukan dua tahun setelah CFLD membuka kantor pusat di Singapura dan melakukan ekspansi bisnis di Indonesia dan Malaysia.
?Ambruknya investasi CFLD akan berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Oleh karena itu BKPM harus bergerak cepat mengamputasi kasus ini agar tidak menjalar ke mana-mana,? ujar Ketua DPP Partai Gerindra tersebut.
Nizar menekankan, BKPM harus lebih detail mengawasi pemberian izin investasi. "Apabila terjadi masalah dengan investasi hingga berdampak pada pemecatan pegawai, maka CFLD harus transparan menyampaikan informasinya kepada BKPM, Kementerian Tenaga Kerja, atau pihak terkait lainnya," .
?Kalau CFLD benar-benar bangkrut, maka pastikan para pekerja dan suplier memperoleh pembayaran sesuai nilainya.?
Jangan sampai CFLD kabur meninggalkan tunggakan kewajiban,? ungkap Nizar.?
?Indonesia memang membutuhkan investasi, tapi investasi yang berkualitas, berdaya tahan jangka panjang, bukan investasi kaleng kerupuk,? sambung dia.
Adapun pihak CFLD di Indonesia belum memberikan penjelasan terkait dugaan masalah keuangan tersebut. Saat dimintai konfirmasi, Associate Director Industrial Development and Promotion CFLD, Shirley T Putri belum memberikan jawaban.
Indikasi masalah keuangan Induk perusahaan CFLD di Tiongkok dilaporkan Reuters terjadi sejak awal Februari 2018 bertepatan dengan merosotnya indeks pasar sektor industri properti di China yang mengalami koreksi sebesai 16% sejak diberlakukannya pengetatan kebijakan investasi di luar China oleh pemerintah pada tahun 2017 lalu. Akibatnya, harga saham CFLD di bursa Shanghai mengalami penurunan signifikan, yakni terjun lebih dari 31% dari harga 45,93 Yuan per lembar saham di bulan Februari 2019 menjadi 14,42 Yuan per lembar saham pada bulan November 2018.?
Pada bulan Juli 2018, Reuters memberitakan CFLD menjual 19,7% saham kepada Ping An Insurance Group untuk memperoleh dana segar guna pengembangan berbagai proyek investasi propertinya baik di China maupun di berbagai negara. Ping An Insurance Group menggelontorkan US$ 2 Milyar untuk transaksi ini namun masih belum memberikan hasil signifikan terhadap keuangan CFLD. Padahal sebelumnya, CFLD sudah menjual 5 unit usahanya kepada perusahaan China Vanke.
Selain menyebabkan pemecatan sejumlah pegawai, krisis keuangan tersebut juga menyebabkan CFLD melakukan penutupan kantor perwakilannya di Amerika, Brunei, Filipina, Mesir, India, Jepang, dan di sejumlah Negara Eropa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat