Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Saat Jokowi Kasih Contoh Kekalahan Cameron di Inggris dan Hillary di AS

        Saat Jokowi Kasih Contoh Kekalahan Cameron di Inggris dan Hillary di AS Kredit Foto: Antara/ANTARA FOTO/REUTERS/Ludovic Marin/Pool/pras/17
        Warta Ekonomi, Jambi -

        Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo mengingatkan kepada tim kampanyenya bahwa hasil survei pemilihan presiden dapat meleset karena ada perubahan kondisi politik dan ekonomi global yang dapat berdampak ke situasi nasional.

        "Tiga minggu sebelum referendum Brexit (British Exit), saya bertemu dengan PM Inggris, David Cameron. Pak Cameron referendumnya bagaimana kira-kira. Dia jawab, Presiden Jokowi pasti kita menang besar, bukan sedikit," kata Jokowi di Jambi, Minggu, mengutip pembicaraannya dengan David Cameron.

        Ternyata harapan Cameron untuk menang besar pada referendum Brexit, ternyata kalah.

        "Artinya perkiraan-perkiraan itu meleset," kata Jokowi pada pembekalan calon anggota legislatif dan rapat Tim Kampanye Daerah (TKD) di Hotel Abadi, Jambi.

        Pencabutan keanggotaan Britania Raya dari Uni Eropa (UE) atau Brexit terjadi berdasarkan hasil dari referendum Brexit yang diadakan pada Kamis 23 Juni 2016.

        Referendum itu diikuti 30 juta pemilih, dengan hasil 51,9 persen memilih untuk keluar dari Uni Eropa dan 48,1 persen memilih untuk tetap tergabung dengan Uni Eropa.

        Jokowi memberikan contoh kasus survei kedua, yakni saat Hillary Clinton melawan Donald Trump pada pemilihan presiden Amerika.

        "Semua survei mengatakan Hillary Clinton sampai detik terakhir menang, tapi 'feeling' saya mengatakan Donald Trump ini (menjadi pemenang). Ini yang saya katakan ada perubahan ekonomi global, politik global, turun menjadi perubahan ekonomi dan politik nasional," kata Jokowi.

        Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat ke-45 setelah mengalahkan lawannya Hillary Clinton pada Pemilu AS 8 November 2016.

        Donald Trump yang didukung Partai Republik mengantongi 276 suara "electoral college".

        Jumlah tersebut sudah cukup untuk membuat Trump melenggang ke Gedung Putih karena jumlah suara minimal yang harus diraih calon presiden untuk memenangi pemilihan hanya 270 suara "electoral college".

        "Zaman keterbukaan lewat media sosial, tidak bisa terbendung lagi. Banyak isu berkembang setiap jam, setiap menit berubah," ungkap Jokowi.

        Berdasarkan hasil sejumlah lembaga survei menunjukkan bahwa pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin masih memenangkan Pilpres 2019.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: