Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Penghargaan Demi Penghargaan Menjauh dari Aung San Suu Kyi

        Penghargaan Demi Penghargaan Menjauh dari Aung San Suu Kyi Kredit Foto: The Straits Time/EPA
        Warta Ekonomi, Seoul -

        Salah satu kelompok hak asasi manusia terbesar Korea Selatan akan menarik pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi dari penghargaan di tahun 2004 yang pernah dianugerahkan kepadanya karena "ketidakpeduliannya" terhadap kekejaman terhadap minoritas Rohingya.

        Aung San Suu Kyi tidak dapat menerima penghargaan hak asasi manusia Gwangju pada saat itu karena dia berada di bawah tahanan rumah oleh pemerintah militer.

        Sejak itu ia menjabat di Myanmar dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian memegang gelar konselor negara, tetapi pejuang demokrasi Myanmar itu telah banyak dituduh apatis dalam penderitaan Rohingya.

        Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memperingatkan minoritas Muslim Rohingya yang terus menjadi target dalam "genosida yang sedang berlangsung".

        "Ketidakpeduliannya terhadap kekejaman terhadap Rohingya bertentangan dengan nilai-nilai yang diraih oleh penghargaan yang diterimanya, yaitu melindungi dan mempromosikan hak asasi manusia," ungkap juru bicara Cho Jin-tae dari 18 Mei Memorial Foundation kepada AFP.

        "Akibatnya dewan yayasan memutuskan untuk menarik penghargaannya," tambahnya.

        Yayasan ini didirikan pada tahun 1994 untuk memperingati pemberontakan pro-demokrasi 1980 di Gwangju, yang berakhir dengan pertumpahan darah oleh pasukan darurat militer yang menyebabkan lebih dari 200 orang terbunuh atau terluka.

        Namun pemberontakan terhadap diktator militer Chun Doo-hwan menginspirasi protes pro-demokrasi negara itu yang memuncak dalam pemulihan demokrasi tujuh tahun kemudian.

        Bulan lalu, Amnesty International menarik Duta Besar Penghargaan Hati Nurani yang bergengsi dari Aung San Suu Kyi, karena "ketidakpeduliannya yang nyata" terhadap kekejaman yang dilakukan terhadap Rohingya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Hafit Yudi Suprobo
        Editor: Hafit Yudi Suprobo

        Bagikan Artikel: