Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Usai Sidang Genosida, Suu Kyi Temui Pendukungnya

Usai Sidang Genosida, Suu Kyi Temui Pendukungnya Kredit Foto: Reuters/Osservatore Romano
Warta Ekonomi, Yangon -

Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pendukungnya ketika dia tengah menghadapi tuduhan genosida di pengadilan internasional (ICJ) di Den Haag. Suu Kyi berbicara di hadapan publik untuk pertama kalinya sejak dia kembali dari Den Haag pada Minggu (15/12) lalu.

"Dukungan masyarakat yang diberikan dengan murah hati adalah sumber kekuatan besar bagi kami ketika kami mempresentasikan kasus genosida di ICJ," ujar Suu Kyi dalam pidato yang disiarkan di stasiun televisi negara.

Baca Juga: Tokoh Myanmar: Kesaksian Aung San Suu Kyi Itu Bohong

Suu Kyi berada di Den Haag selama tiga hari untuk menyampaikan pendapatnya terkait tuduhan genosida yang dilayangkan oleh Gambia. Peraih Nobel Perdamaian itu membantah bahwa pemerintah Myanmar telah melakukan genosida terhadap etnis Rohingya di Rakhine. Selain itu, dia juga berpendapat bahwa pengadilan Amerika Serikat (AS) tidak memiliki yuridiksi dalam kasus tersebut.

Sebelumnya, Gambia menuduh Myanmar telah melanggar Konvensi Genosida 1948 atas operasi militer yang telah membuat 730 ribu etnis Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Suu Kyi mengatakan, tuduhan yang dilayangkan kepada Myanmar adalah sebuah cobaan yang dapat mengukur kelemahan maupun kekuatan negara tersebut.

"Setiap negara melewati masa-masa sulit dan Myanmar tidak terkecuali. Pencobaan seperti itu memberi kita peluang untuk menilai kekuatan dan kelemahan kita, untuk memperkuat yang satu dan memperbaiki yang lain," ujar Suu Kyi.

Suu Kyi telah lama menuai pujian dari Barat sebagai pejuang hak asasi manusia dan demokrasi. Dia merupakan tahanan politik dan menjalani tahanan rumah selama 15 tahun, karena penentangannya terhadap junta militer Myanmar yang berkuasa saat itu. Namun, sikap Suu Kyi terhadap Rohingya telah menuai kritik keras. Termasuk seruan kepada komite Nobel untuk mencabut gelar nobel yang disematkan kepada Suu Kyi.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: