Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        2019, Platform Digital Punya Potensi Dongkrak Penyebaran Film Indonesia

        2019, Platform Digital Punya Potensi Dongkrak Penyebaran Film Indonesia Kredit Foto: Tanayastri Dini Isna
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pendistribusian film lokal melalui platform digital?seperti Iflix, Netflix, HOOQ, Viu, dan sebagainya?berpotensi besar mengurangi risiko investment di industri perfilman. Dengan melakukan hal itu, pendapatan tak hanya bersumber dari penjualan tiket di bioskop.

        Sutradara Muhammad Stamboel mengungkapkan, platform digital itu dapat dimanfaatkan oleh para pembuat film Indonesia untuk mengembalikan modal yang digunakan dalam produksi film.

        "Menurut saya, di 2019 ini akan banyak film maker di Indonesia yang mulai bergerak ke platform digital karena dari segi investment lumayan aman," ujar laki-laki dengan panggilan akrab Kimo itu, Rabu (2/2/2019).

        Kimo juga menambahkan bila pendistribusian secara digital dapat dilakukan sebelum film dirilis di bioskop, pembuat film akan lebih dulu mendapatkan pengembalian modal mereka. Tentunya, tanpa khawatir akan masalah penjualan tiket bioskop.

        Kimo berujar, "Mereka bisa balik modal dulu sebelum filmnya tayang di bioskop. Jadi, semua penjualan tiket bioskop nantinya bisa menjadi bonus. Kami sebagai produser harus meminimalisir risiko. Jalur distribusi yang bisa memperkecil risiko adalah digital platform."

        Ditambah lagi dengan adanya kerja sama yang dilakukan oleh penyedia layanan platform digital dengan operator telekomunikasi di Indonesia. Hal itu semakin menambah potensi para pengguna smartphone dapat menyaksikan film lewat platform digital dengan layanan?Over The Top (OTT).

        "Platform digital untuk film sedang berkembang. Bahkan di Indonesia mayoritas penyedia layanan OTT digital bekerja sama dengan layanan telekomunikasi, jadi menghasilkan kemitraan yang lumayan bagus," kata Kimo.

        Ia sendiri pernah menerapkan strategi itu ketika menggarap karyanya yang berjudul Headshot. Film itu didistribusikan juga melalui Netflix ke beberapa negara di luar Indonesia.

        "Untuk film Headshot, saat itu saya deal dulu dengan Netflix, padahal belum mulai syuting dan mereka baru lihat foto saja. Ini bisa dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir risiko investment," cerita Kimo lagi.

        Namun, bioskop masih akan menjadi sumber pendapatan terbesar sebuah film. Alasannya, pengalaman menonton melalui layar lebar masih lebih unik dibandingkan menonton melalui layar televisi atau pun layar smartphone.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tanayastri Dini Isna
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: