Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pertamina, Bukit Asam, dan Air Products and Chemicals Wujudkan Hilirisasi Tambang Batu Bara

        Pertamina, Bukit Asam, dan Air Products and Chemicals Wujudkan Hilirisasi Tambang Batu Bara Kredit Foto: Warta Ekonomi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dua perusahaan pelat merah, PT Pertamina (Persero) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menandatangani pokok-pokok perjanjian pembentukan perusahaan patungan hilirisasi mulut tambang batu bara PTBA Peranap Riau, dengan Air Products and Chemicals Inc.

        Penandatangan perjanjian tersebut dilakukan langsung oleh Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, dan Chairman President & CEO Air Products and Chemicals Inc Seifi Ghasemi, dengan disaksikan Menteri BUMN Rini Soemarno di Jakarta, Rabu (16/1/2019).

        Penandatanganan ini merupakan kelanjutan dari nota kesepahaman kerja sama hilirisasi batu bara menjadi Dimethylether (DME) yang dilakukan oleh ketiga perusahaan ini pada 7 November 2018 lalu di Allentown, Amerika Serikat.

        Melalui perjanjian ini, PTBA, Pertamina, dan Air Products bersepakat mendirikan perusahaan patungan yang bergerak di bidang bisnis pengolahan batu bara dan produk turunannya. Sebelum pembentukan perusahaan, PTBA, Pertamina, dan Air Products akan melakukan studi kelayakan bisnis dan komersial terlebih dahulu.

        Melalui teknologi gasifikasi, batu bara akan diubah menjadi syngas yang kemudian akan diproses kembali menjadi produk akhir (jadi). Rencananya, pabrik hilirisasi batu bara ini akan dibangun di Peranap, Riau.

        Nantinya, PTBA akan menyuplai batu bara dari area tambang Peranap ke perusahaan patungan untuk diolah menjadi produk akhir yang akan dibeli Pertamina. Sementara itu, optimasi desain teknologi pengolahan akan dilakukan Air Products and Chemicals Inc.

        Rini Soemarno mengharapkan agar realisasi berdirinya hilirisasi batu bara ini segera terwujud. Menurutnya, Indonesia harus tetap mengembangkan industri hilirisasi batu bara, bukan hanya?untuk mengurangi impor, tapi juga?guna mengembangkan ekspor.

        "Hilirisasi juga penting dalam upaya mengurangi polusi dari batu bara dengan memproduksi clean energy berupa syngas yang akan jadi hulu dari berbagai produk seperti DME, bahkan sampai solar dan avtur," ujar Rini.

        Arviyan Arifin mengungkapkan, hilirisasi batu bara ini dapat menghasilkan DME untuk pengganti bahan baku LPG yang sebagian besar masih diimpor, sehingga secara langsung dapat menghemat devisi negara.

        "Hilirisasi yang dilakukan PTBA ini diperkuat dengan total sumber daya batu bara sebesar 8,3 miliar ton dan total cadangan batu bara sebesar 3,3 miliar ton," tegasnya.

        Sementara itu, Nicke Widyawati menegaskan, kerja sama Pertamina dengan Bukit Asam serta Air Products adalah langkah strategis bagi semua pihak untuk meningkatkan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional melalui pemanfaatan DME.

        "Sekitar 73% LPG masih diimpor, 2017 Indonesia mengonsumsi tidak kurang dari 7,11 juta ton LPG. Pabrik gasifikasi batu bara ini adalah proyek yang sangat strategis secara nasional karena kami rencanakan DME akan mengurangi sebagian besar kebutuhan LPG impor sebagai bahan bakar rumah tangga," ujar Nicke.

        Rencananya, usaha gasiflkasi batu bara ini akan berlokasi di Mulut Tambang Batu Bara Peranap, Riau dan memiliki kapasitas produksi 1,4 juta ton DME per tahun dengan kebutuhan batu bara sebesar 9,2 juta ton per tahun.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bambang Ismoyo
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: