Bagi Anda generasi yang lahir tahun 90-an tentu masih ingat berapa biaya yang dikeluarkan untuk membeli sepiring nasi goreng ketika masih di sekolah dasar dulu, ya, tidak lebih dari Rp3.000.
Bagaimana dengan saat ini?Anda tentu harus merogoh kocek lebih dalam sekitar Rp12.000 hingga Rp15.000 untuk mendapatkan nasi goreng. Mengapa hal itu bisa terjadi? Inflasi adalah jawabannya.
Inflasi, yaitu kenaikan harga batang dan jasa selama periode waktu tertentu yang disebabkan oleh penurunan nilai uang uang dilakukan dengan senhaja terhadap uang luar negeri (devaluasi mata uang).
Baca Juga: Apa Itu Administered Price?
Mungkin inflasi terdengar sederhana, namun dampaknya bisa merambah pada kenaikan harga makanan, harga transportasi, dan harga properti. Bahkan dampak yang paling besar ialah ancaman perlambatan ekonomi karena kenaikan harga barang dan jasa tersebut tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan.
Mengukur inflasi
Komponen yang paling sering digunakan untuk mengukur inflasi, yaitu indeks harga konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Di Indonesia, penetapan baran dan jasa daam keranjang IHK dilakukan berdasarkan survei biaya hidup (SBH) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Di samping IHK, dalam International Best Practice dikenal empat indikator dalam inflasi. Indikator pertama adalah indeks harga perdagangan besar (IHPB), yaitu harga transaksi antara penjual besar pertama dengan pedagang berikutnya dalam skala besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.
Baca Juga:?BPS: Maret 2019 Inflasi 0,11%
Indikator berikutnya adalah indeks harga produsen (IHP), yaitu indikator yang digunakan untuk mengukur perubahan rata-rata harga yang diterima produsen domestik untuk setiap barang yang dihasilkan.
Indikator ketiga adalah deflator produk domestik bruto (PDB), yaitu indikator yang menunjukkan besaran perubahan harga dari seluruh barang baru, barang produksi lokal, dan barang jadi, dan jasa. Indeks Harga Aset menjadi indikator yang terakhir, yaitu untuk mengukur harga aset seperti properti dan saham.
Penyebab inflasi
Inflasi terjadi karena ada peningkatan harga dari suatu barang dan jasa dalam jangka panjang. Kondisi demikian dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang berikut ini.
1. Jumlah uang beredar. Peningkatan jumlah uang beredar yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi akan memicu terjadinya inflasi. Analogi paling sederhana untuk memahami hal ini, yaitu ketika suatu barang (uang) tersedia dalam kadar yang jarang, barang tersebut akan semakin bernilai.
Sebaliknya, jika barang tersebut berlimpah ruah, artinya barang tersebut semakin tidak bernilai. Dengan begitu, apabila pemerintah memutuskan untuk mencetak mata uang baru, tidak menutup kemungkinan hal tersebut justru akan menurunkan nilai uang yang sudah beredar saat ini.
Baca Juga: Apa Itu Volatile Food?
2. Utang nasional
Mengapa utang nasional dapat memicu terjadinya inflasi? Jawabannya masih berkaitan dengan poin pertama. Jika suatu negara dihadapkan pada keadaan utang yang berlimpah, negara tersebut hanya mempunyai dua pilihan: menaikkan pajak atau mencetak lebih banyak uang untuk melunasi utang.
Jika pemerintah memilih menaikkan pajak, itu akan berimbas pada kenaikan harga barang atau komoditas tertentu, sedangkan jika memilih untuk mencetak mata uang baru itu akan berimbas pada peningkatan jumlah mata uang beredar dan devaluasi mata uang.
3. Efek permintaan
Semakin tinggi permintaan atas suatu barang dan jasa, semakin tinggi harga penawaran yang diberikan oleh suatu perusahaan. Misalnya, ketika permintaan akan barang dan jasa perbaikan rumah meningkat, perusahaan akan mematok harga yang lebih tinggi untuk biaya kontraktor, pertukangan, dan lain sebagainya.
4. Nilai tukar mata uang
Nilai tukar mata uang menjadi salah sau faktor penting dalam menentukan tingkat inflasi. Pasalnya, jika nilai mata uang mengalami tekanan, hal ini akan berdampak pada kenaikan komoditas dan barang impor yang lebih mahal.
Dampak inflasi
Sudah menjadi pemahaman bersama bahwa tingkat inflasi yang tidak terkendali akan menyebabkan berbagai macam hal buruk, termasuk perlamabatan perekonomian. Dampak negatif dari tidak terkendalinya inflasi akan menyasar hingga ke seluruh elemen masyarakat, mulai dari masyarakat berpenghasilan tinggi hingga yang berpenghasilan rendah.
Baca Juga: INDEF: Waspadai Inflasi Volatile Food Jelang Lebaran
Bagaimanapun inflasi yang tinggi akan menyebabkan ketidakseimbangan di pasar, pengangguran, penimbunan suatu barang, hingga pencegahan suatu binsis untuk membuat keputusan investasi besar.
Namun, inflasi tidak selamanya memberikan dampak negatif bagi perekonomian. Sebab, jika pemerintah mampu menjaga inflasi di tingkat yang sehat dan stabil, peningkatan upah, profitabilitas, hingga arus modal yang mengalir juga turut bertumbuh.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: