Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Surat SBY ke Prabowo Bukan Teguran, Tapi...

        Surat SBY ke Prabowo Bukan Teguran, Tapi... Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua Divisi Advoksi dan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, menjelaskan surat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada Prabowo Subianto seolah mendapatkannya informasi bahwa kampanye akbar yang akan digelar BPN adalah eksklusif untuk golongan tertentu.

        Namun tidak tahu dari mana SBY mendapatkan informasi tersebut sehingga kemudian memberikan masukan melalui surat itu. Menurutnya, maksud dari surat SBY bukanlah untuk menegur konsep kampanye akbar melainkan memberikan masukan. Karena melalui surat itulah, SBY ingin mematahkan image bahwa Prabowo akan mendirikan negara khilafah.

        Baca Juga: Surat SBY ke Prabowo 'Digoreng'

        ?Jadi itu bukan teguran. Beda ya teguran dengan saran. Karena Pak SBY ingin menjaga dan mematahkan stigma yang selalu dituduhkan kepada Pak Prabowo bahwa Prabowo akan mendirikan negara khilafah,? ujarnya di Jakarta, Senin (8/4/2019).

        Ia menambahkan, terbukti ungkapnya, dalam kampanye akbar kemarin tuduhan-tuduhan tersebut terpatahkan dengan sendirinya. Karena pendukung Paslon 02 bukan saja dari umat muslim namun juga hadir para tokoh-tokoh agama lain.

        Baca Juga: Gara-Gara Surat SBY Koalisi Prabowo Dituding Retak, Ini Jawaban Demokrat

        ?Jadi pernyataan pak Prabowo dalam suratnya itu adalah untuk mematahkan semua tuduhan-tuduhan itu, dan terbukti kemarin tuduhan itu sudah patah dengan sendirinya, melihat rangkaian acara yang dilaksanakan oleh panitia kemarin,? terangnya.

        Menurutnya, rangkaian acara diawali dengan solat tahajud bersama kemudian solat subuh berjamaah oleh seluruh umat muslim yang hadir. Kemudian dilanjutkan dengan doa bersama oleh para tokoh agama lain.

        ?Muslim melakukan ibadah mulai dari tahajud bersama, subuhan bersama dan munajat. Kemudian dilanjutkan doa dari Protestan dan Katolik, serta Budha dan Hindu,? tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Irfan Mualim
        Editor: Irfan Mualim

        Bagikan Artikel: