Menko Polhukam Wiranto mengatakan bahwa saat ini suasana hati masyarakat sedang "panas" akibat dari mendekatnya pilpres dan pileg yang akan diadakan pada 17 April ini.
"Suasana pemilu kita memasuki zona berbahaya, namun belum memasuki zona krisis," ujarnya di hadapan para pemimpin redaksi dan wartawan dari berbagai media, termasuk Warta Ekonomi, pada Selasa (9 April) siang.
Wiranto mengatakan bahwa pihaknya mengimbau media massa agar membantu mendinginkan suasana.
"Jangan sampai Indonesia yang sudah susah payah kita bangun ini nanti malah menghadapi masalah," tegasnya.
Baca Juga: Bahaya! Hoaks dengan Unsur Delegitimasi Pemilu Bahaya
Saya yakin, ujar Wiranto, Indonesia pada 2045 akan mencapai empat besar perekonomian terbesar di dunia sebagaimana banyak diramalkan konsultan bisnis internasional PwC.
"Kalau kita mengikuti road map revolution 4.0, kita pasti berhasil mencapainya," tegas Wiranto.
Menurut Wiranto, saat ini pihaknya sedang mengoordinasikan pihak-pihak terkait agar suasana pilpres dan pileg berjalan dengan kondusif. Karena pihaknya akan mendekati secara personal kedua cawapres agar bisa menahan ego masing-masing dan mengarahkan debat capres terakhir mampu mendinginkan suasana.
"Saya yakin bisa. Yang satu bos saya sekarang (Jokowi), yang satu lagi mantan anak buah (Prabowo) he-he," candanya.
Di samping itu, pihaknya juga akan terus mengoptimalkan sosialisasi pilpres dan pileg karena baru 60% dari 192 juta pemilih yang tahu betul bahwa pilpres dan pileg akan berlangsung pada 17 April.
Baca Juga: Tokoh Politik Gunakan Simbol Agama di Pemilu 2019
"Sedangkan 40% lagi perlu sosialisasi yang lebih kuat agar mengetahuinya secara pasti," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sekjen Kemenkominfo Nike Widiastuti mengatakan bahwa jumlah hoaks terus meningkat. Berdasarkan data-data Kemenkominfo, jumlah hoaks setiap bulan meningkat, yakni Agustus 2018 (25 hoaks), September 2018 (27 hoaks),?Oktober 2018 (53 hoaks), November 2018 (63 hoaks), Desember 2018 (75 hoaks), Januari 2019 (175 hoaks), dan Februari 2109 (353 hoaks).
"Terlihat bahwa menjelang pilpres dan pileg, jumlah hoaks terus meningkat," ujar Niken. Karena itu, lanjut Niken, pihaknya meminta agar media mainstream membantu memerahi hoaks.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhamad Ihsan
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: