Perusahaan penukaran mata uang kripto (crypto exchange) asal Jepang telah menghentikan seluruh layanan terhitung sejak hari ini, Jumat (12/7/2019), usai kehilangan lebih dari US$32 juta akibat praktik peretasan menggunakan perantara mata uang kripto.
Sebagaimana dilaporkan oleh AFP dan dirilis ulang oleh channelnewsasia.com, BITPoint Jepang yang merupakan salah satu anak usaha dari Remixpoint, baru menyadari bahwa asetnya dalam bentuk berbagai mata uang kripto tiba-tiba lenyap dari kepemilikannya. Nilai aset yang hilang tersebut secara total mencapai lebih dari 3,5 miliar yen atau diperkirakan setara dengan US$32,3 juta.
Lenyapnya aset tersebut mulai diketahui pada Kamis (11/7/2019) malam, di mana berbagai mata uang kripto tersebut hilang dari wadah digital yang terkoneksi dengan jaringan internet, yang biasa disebut sebagai 'hot wallet'. Karenanya, pihak perusahaan yang berbasis di Tokyo tersebut dapat memastikan bahwa uang-uang kripto lain yang tersimpan dalam 'cold wallets'?yang masih dalam keadaan offline, sama sekali tidak terpengaruh oleh serangan peretasan.
Baca Juga: Negara Ini yang Bakal Jadi Pusat Mata Uang Kripto, Benarkah?
Selama ini BITPoint Jepang telah melayani penukaran berbagai mata uang kripto, di antaranya bitcoin, ethereum dan juga ripple. Akibat peretasan ini, pihak perusahaan mengaku masih akan menganalisis kerugian yang terjadi dan belum akan memberikan pernyataan lebih lanjut.
Hal itu termasuk opsi kompensasi atas kerugian pelanggan, mengingat dari total nilai uang kripto yang hilang, 2,5 miliar yen di antaranya adalah milik pelanggan yang tengah disimpan di BITPoint.
Atas kejadian ini, saham Remixpoint diketahui merosot hingga 18,6% pascapemberitaan. Tragedi yang dialami BITPoint ini menjadi catatan terbaru atas serangkaian kejadian serupa yang telah menimpa crypto exchange di Jepang.
Sebelumnya, pada 2018 lalu, Coincheck juga telah menangguhkan deposito dan penarikan mata uang kriptonya usai diserang aksi peretasan. Kerugian yang diderita saat itu diperkirakan mencapai setengah miliar dolar AS.
Mencoba menengok lebih ke belakang, MtGox yang berbasis di Tokyo juga terpaksa tutup pada 2014 usai kehilangan sedikitnya 850 ribu bitcoin dari brankas virtualnya. Kerugian yang diderita saat itu diperkirakan juga mencapai setengah miliar dolar dengan menggunakan kurs saat itu. MtGox pada masanya merupakan crypto exchange terkemuka dengan menangani hampir 80% transaksi bitcoinnya dari pasar global.
Baca Juga: Mungkinkah Mata Uang Kripto Jadi Alat Pembayaran di Indonesia?
Banyaknya catatan aksi peretasan telah mendorong Badan Layanan Keuangan Jepang untuk melakukan pengawasan lebih ketat terhadap aktivitas transaksi pertukaran uang kripto.
Meski demikian, kalangan pengamat dan praktisi blockchain di negara itu menilai masih ada banyak celah keamanan tersisa yang masih bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab guna melakukan peretasan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Taufan Sukma
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: