Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kapal Induk AS Singgah di Filipina, Ini Isyarat untuk China?

        Kapal Induk AS Singgah di Filipina, Ini Isyarat untuk China? Kredit Foto: Reuters/Erick De Castro
        Warta Ekonomi, Manila -

        Amerika Serikat (AS) baru-baru ini mengirimkan kapal induk yang bertenaga nuklir miliknya, USS Ronald Reagan, ke perairan di Filipina. Sejak pekan lalu, kapal tersebut berlabuh di Teluk Manila dengan membawa muatan 70 jet tempur dan 5.000 awak menjadi pesan bagi China untuk membiarkan Laut China Selatan bebas dan terbuka.

        Dengan moto "perdamaian melalui kekuatan", kapal kelas Nimitz tersebut menjadi salah satu yang terbesar di armada Angkatan Laut AS. Grup tempur dari USS Ronald Reagan ini mencakup kapal perang USS Antietam dan USS Chancellorsville.

        Sebelum berlabuh di Manila, kapal tempur raksasa tersebut telah berlayar melewati wilayah Laut China Selatan yang disengketakan.

        Ketegangan meningkat di jalur pelayaran vital tersebut karena meningkatnya ketegasan Beijing di wilayah perairan yang diklaim China dan negara-negara Asia Tenggara termasuk Filipina dan Vietnam. Hal itu menjadikan wilayah Laut China Selatan sebagai titik nyala bagi potensi konflik.

        Komandan Gugus Tugas 70 AS, Laksamana Muda Karl Thomas mengatakan, kapal induk milik AS selain memberikan keamanan juga menjadi kapal yang indah.

        "Keindahan dari kapal induk ini adalah memberikan banyak keamanan dan stabilitas di wilayah ini," ujar Laksamana Muda Karl Thomas, Komandan Gugus Tugas 70 AS, kepada wartawan di atas kapal induk tersebut pekan lalu.

        Dia melanjutnkan, tujuan digunakannya kapal ini adalah untuk menjaga perdamaian, menyelesaikan perselisihan dan mengatur lingkungan.?

        "Ini memungkinkan kami untuk pergi ke sana dan mengatur lingkungan agar perselisihan ini dapat diselesaikan dengan cara damai dan itulah tujuan kami, yang memungkinkan orang-orang kami untuk berlayar dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan," ucapnya, dikutip dari Nikkei Asian Review, Senin (12/8/2019).

        Tapi perselisihan terus berkobar. Vietnam mengatakan pada hari Kamis lalu bahwa kapal survei China telah meninggalkan zona ekonomi eksklusif (ZEE)-nya setelah perselisihan selama sebulan dengan kapal-kapal Vietnam. Pada bulan Juni, kapal China yang lebih besar menenggelamkan kapal nelayan Filipina di wilayah Reed Bank, yang berada di dalam ZEE Filipina.

        China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan, termasuk wilayah yang dikatakan Manila dan Hanoi adalah bagian dari ZEE mereka masing-masing. Menurut laporan Pentagon, Beijing telah membangun pulau-pulau buatan di wilayah sengketa dalam beberapa tahun terakhir, dengan beberapa di antaranya dilengkapi dengan rudal jelajah anti-kapal dan rudal jarak jauh darat-ke-udara.

        Direktur Inisiatif Transparansi Maritim Asia, Gregory Poling yang bermarkas di Washington mengatakan, kunjungan teratur kapal-kapal Angkatan Laut AS seperti USS Ronald Reagan membantu mengendalikan tindakan China.

        "Mereka juga memberikan peluang bagi aset Angkatan Laut AS untuk beroperasi secara teratur di Laut China Selatan, yang membantu dalam menegaskan ketidakpatuhan dengan upaya China untuk membatasi kebebasan laut di sana," paparnya.

        Kapal USS Ronald Reagan berlabuh di Teluk Manila ketika Beijing dan Washington sedang berebut dominasi regional di bidang perdagangan, teknologi dan keamanan. Pekan lalu, AS menyebut China sebagai "manipulator mata uang". Menteri Pertahanan AS Mark Esper ketika berkunjung ke Asustralia menuduh China membuat kawasan tidak stabil.

        Terlepas dari berlabuhnya kapal induk tersebut, AS dan sekutunya telah secara rutin melakukan "Operasi Kebebasan Navigasi" di Laut China Selatan. Langkah seperti itu kerap membuat China marah.

        Di sela-sela Forum Regional ASEAN baru-baru ini di Bangkok, Menteri Luar Negeri China Wang Yi diam-diam menunjuk ke arah AS, dengan mengatakan bahwa pihak-pihak "non-regional" tidak boleh ikut campur dalam sengketa Laut China Selatan.

        Thomas menanggapi komentar yang dilontarkan oleh Wang. Dia mengatakan AS memiliki banyak negara mitra di Pasifik. Dia menambahkan, pihaknya juga mempunyai kepentingan pribadi dan nasional untuk hal ini.?

        "AS adalah negara Pasifik sama seperti negara mana pun di wilayah ini, kami memiliki banyak teman, mitra dan sekutu ... Kami memiliki kepentingan pribadi (dan) nasional menarik bahwa ruang maritim itu bebas dan terbuka," pungkas Thomas.

        Para pejabat Angkatan Laut AS menolak untuk mengatakan berapa lama kapal USS Ronald Reagan akan tinggal di Teluk Manila atau ke mana tujuan pelayaran selanjutnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: