Potensi wisata Sumatera Utara (Sumut) yang luar biasa besar tidak akan banyak artinya kalau saja tidak bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan orang banyak, terutama penduduk di sekitarnya.
Nyatanya, karunia alam dan budaya yang istimewa itu hingga sekarang masih jauh dari optimal pendayagunaan dan kefaedahannya sebab baru para pelaku usaha saja yang bergerak. Pemerintah, sejauh ini bisa dikatakan belum hadir karena cenderung baru sekadar berwacana.
"Pemerintah jangan hanya mengatakan mendukung. Yang lebih penting adalah membantu, termasuk dalam permodalan. Lihatlah apa yang terjadi di negara lain, termasuk Thailand dan Malaysia. Kita tidak ada apa-apanya dibanding mereka dalam hal turisme. Di sana pemerintah benar-benar menopang pelaku wisata," kata M Yazid, wartawan senior yang dulu lama memimpin Kantor Berita Antara dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Sumut.
M Yazid menjadi salah satu narasumber dalam acara 'Urun Rembug Tokoh Pers tentang Masalah Bangsa'. Merupakan bagian dari kegiatan Piala Presiden-Kompetensi Media Nasional yang bertema 'Cepat Majulah Bangsaku', perhelatan ini berlangsung di Hotel Santika Premiere Dyandra, Medan, kemarin malam, Sabtu (31/8/2019).
Baca Juga: Gunung Kidul Sajikan Destinasi Wisata Pantai dengan Suasana Syahdu
Pemantik lain dalam pertemuan ini adalah Eko Sulistyo (Deputi IV Kantor Kepala Staf Presiden), Ranggini (Forum Jurnalis Perempuan Indonesia), Hendri Ch Bangun (Wakil Ketua Dewan Pers), dan Usman Kasong (wartawan Media Indonesia).
Sebagai ilustrasi, M Yazid mencontohkan Festival Borneo yang telah berlangsung tak kurang dari 20 tahun di negara jiran dan baru belakangan ini saja ditiru Indonesia.
"Yang dijual di sana sebenarnya cuma kenduri. Pengunjung dibawa ke tempat-tempat di mana kenduri sedang berlangsung. Begitupun, festivalnya selalu sukses sebab pemerintahnya terlibat banyak. Yang kita punya di sini lebih dari sekadar kenduri," lanjut dia.
Ia mengingatkan bahwa tak kurang dari 100 obyek wisata menarik tersedia di Sumut. Danau Toba dan Brastagi, di antaranya. Pemda Sumut sendiri menargetkan menjaring 1 juta pelancong tahun ini.
"Sekarang sudah September, sementara pengunjung yang datang baru 200 ribu-an orang," bebernya.
Potensi alam dan budaya saja tak cukup sebagai andalan pariwisata Sumut. "Salah satu yang harus kita miliki adalah para pendongeng. Tugas mereka? Memikat calon wisatawan lewat kisah-kisah menarik terutama yang berasal dari ranah mitologi masyarakat Sumut," kata jurnalis senior yang juga pemerhati budaya, J Anto. Ia juga menggarisbawahi perlunya suguhan budaya yang bertolak dari ritual agama lokal.
Infrastruktur yang membaik dan membanyak dalam lima tahun terakhir ini seharusnya bisa menggairahkan perekomian Sumut, termasuk yang berdimensi wisata. Wacana ini dikedepankan oleh Eko Sulistyo, Hendri Ch Bangun, dan Usman Kasong.
Baca Juga: UKM dan Pariwisata Tidak Bisa Dipisahkan
Ancaman terhadap Demokrasi
Topik urun rembug kemarin ada lima. 'Pariwisata sebagai Sektor Utama Ekonomi Nasional' hanya salah satunya. Lainnya adalah 'Persatuan dan Kerukunan Bangsa', 'Percepatan dan Pemerataan Pembangunan Berkesejahteraan Sosial', 'Pendidikan dan Pengembangan SDM di Era 4.0', serta 'Pengembangan Industri Berbasis Pemanfaatan Teknologi Digital'.
Saat memantik acara, Deputi IV Kantor Kepala Staf Presiden, Eko Sulistyo menggambarkan keadaan demokrasi yang belakangan kian merosot di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Pertandanya adalah menguatnya politik identitas dan merebaknya konservatisme, yang salah satu buahnya adalah intoleransi.
"Peran penting kawan-kawan wartawan di negeri kita sekarang adalah merajut persatuan dan membina kerukunan lewat pemberitaan yang sehat dan mencerdaskan," ucap dia dalam pertemuan yang juga dihadiri mantan Ketua PWI Pusat, Margiono, serta anggota Dewan Pers 2019-2024 Agus Sudibyo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti