Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

INDEF Menguji Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, 'Tak Ada Strategi dari Jebakan Deindustrialisasi'

INDEF Menguji Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, 'Tak Ada Strategi dari Jebakan Deindustrialisasi' Kredit Foto: Instagram/Didik Junaedi Rachbini
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom senior INDEF, Didik J Rachbini mengaku dari jauh-jauh hari sudah memprediksi tingkat pertumbuhan tahun ini dan prediksi tahun depan akan stagnan 5 persen.

Apa alasannya?

"Alasannya selama ini tidak ada strategi kebijakan yang berhasil melepaskan sektor industri dari jebakan deindustrialisasi dini, di mana Prompt Manufacturing Index (PMI) sektor tersebar di dalam kue ekonomi ini terus menurun dan jatuh di bawah 50 persen," kata Didik dalam keterangannya.

Ia menambahkan sektor industri memang tumbuh, tapi menunjukkan pertumbuhannya sangat rendah dalam beberapa tahun, hanya sekitar 3-4 persen.

"Ini menunjukkan kinerja yang tidak memadai untuk mencapai pertumbuhan di atas 5 persen, apalagi 7 persen seperti target Jokowi atau target 8 persen pada pemerintahan Prabowo," tuturnya.

Rektor Universitas Paramadina ini menjelaskan sektor industri telah terjebak ke dalam proses deindustrialisasi dini sehingga jebakan ini harus diterobos dengan reindustrialisasi berbasis sumber daya alam Indonesia yang kaya.

Dan ini masih bersaing dan memenangkan pasar internasional yang luas dan otomatis berjaya di pasar domestik.

"Yang harus dijalankan dan telah terbukti sukses di negara industri tidak lain adalah resources-based industry, led-export industry atau outward looking industri. Strategi industri ini pernah dijalankan pemerintah Indonesia pada tahun 1980-an dan awal 1990-an dengan hasil yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi 7-8 persen. Strategi industri bersaing di pasar internasional ini menjadi kunci berhasil atau tidaknya target pertumbuhan tersebut," tuturnya.

"Permintaan global memang mengalami perlambatan sehingga menerobos pasar internasional tidak mudah lagi. Karena itu, pasar-pasar baru di luar Eropa, China, USA perlu dijadikan sasaran perdagangan luar negeri Indonesia," saran Didik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: